Dianggap Eksploitasi Kemiskinan NTT, Unilever Minta Maaf

5 tahun bisa untuk NTT
Kupang – Program PT Unilever melalui brand Lifebuoy yang bertajuk “5 Tahun Bisa, untuk NTT” menuai protes keras dari masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) karena dianggap mengeksploitasi kemiskinan di NTT. Menanggapi protes tersebut, PT Unilever menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat dan pemerintah provinsi NTT dalam pertemuan dengan media di Swiss-Bell Inn Hotel Kupang, Rabu(23/04/14).

PT Unilever diwakili oleh Senior Brand Manager Lifebuoy, Adina Tontey menyampaikan bahwa Lifebuoy sama sekali tidak pernah bermaksud untuk melakukan eksploitasi kemiskinan di NTT untuk suatu maksud tertentu apalagi untuk merendahkan harga diri dan martabat pemerintah dan masyarakat NTT.

“Kami dari PT Unilever – Lifebuoy menyampaikan permohonan maaf kepada pemeritah dan masyarakat NTT atas penayangan iklan tersebut. Pemerintah dan masyarakat sempat melancarkan aksi protes melalui berbagai media massa terkait penayangan iklan tersebut dengan alas an antara lain kami telah mengekploitasi kemiskinan warga NTT. Karena itu kami mohon maaf sebesar-besarnya,” kata Adina pada wartawan.

Lebih lanjut Andina menceritakan kronologi proses pemilihan lokasi hingga penayangan iklan yang menuai protes tersebut. Pihak Lifebuoy memilih desa Bitobe setelah berkonsultasi dengan Bupati Kabupaten Kupang, Ayub Titu Eki, di mana disarankan untuk memilih dari lima desa sebagai lokasi pembuatan iklan dan salah satunya adalah desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Kabupaten Kupang.

“Ternyata pilihan kami jatuh pada desa Bitobe yang daerahnya sangat terisolir dan sulit dijangkaui kendaraan. Kami alami langsung kehidupan masyarakat desa itu, sehingga kami memutuskan untuk membuat iklan itu di desa Bitobe,” katanya.

Sebelumnya, protes keras muncul dari berbagai lapisan masyarakat karena melihat bahwa iklan tersebut melecehkan dan mengeksploitasi kemiskinan. Ketua Garda Bangsa Provinsi NTT, Bruce Bhikmar seperti dikutip beritasatu mengatakan, “Dalam isi iklan itu seolah-olah dengan membeli sabun Lifeboy, maka dengan sendirinya kita menyelamatkan anak-anak NTT untuk bisa mengikuti ulang tahun yang kelima. Ini jelas merupakan pencitraan produk.”

Bahkan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya juga memerintahkan Sekertaris Daerah mencari perwakilan Lifebuoy untuk meminta penghentian penayangan iklan tersebut.

“Tanpa sabun Lifebuoy, anak-anak NTT tidak bisa merayakan ulang tahun yang ke lima. Dengan iklan tersebut, sebagai Gubernur saya tersinggung” ujar Frans.

Pada iklan tersebut digambarkan mengenai angka kematian yang tinggi karena diare dan kehidupan warga dengan minimnya fasilitas air bersih. Sedangkan program Lifebuoy itu sendiri menjanjikan akan mendonasikan Rp. 100,- dari setiap pembelian sabun mandi Lifebuoy kepada warga NTT.

Berikut ini adalah video yang menjadi permasalahan tersebut. (ps)