Mengatasi Kesenjangan

Saat ini kita sebagai bangsa sedang melakukan hajatan politik memilih pemimpin nasional untuk masa lima tahun mendatang.  Salah satu agenda penting adalah masalah kesenjangan, khususnya kesenjangan  antara Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timur.  Kita sepenuhnya menyadari  fakta bahwa kesenjangan di berbagai segi antara Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timur kian memprihatinkan.

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana presiden dan pemerintah mendatang mengatasi kesenjangan tersebut.  Karena mengatasi kesenjangan tersebut merupakan sebuah keniscayaan, sebuah conditio sine qua non.  Mengapa demikian? Ada lima alasan yang membuat Pemerintahan baru nanti harus memfokuskan dan memprioritaskan pembangunan di Indonesia bagian Timur.

Pertama, harus disadari bahwa Indonesia Timur menyimpan potensi yang sangat luar biasa untuk membangun kembali kejayaan Nusantara.  Di sini tersimpan sumber kekayaan alam yang sangat luar biasa, serta potensi pengembangan berbagai industri berbasis sumberdaya alam.  NTT misalnya memiliki potensi peternakan yang dapat menjadi saingan berat Australia dan New Zealand di masa depan.  Selain itu potensi industri perikanan tangkap di wilayah Maluku dan Maluku Utara jika dikelola dengan baik akan menjadi pusat kekuatan ekonomi perikanan dan kelautan terbesar di dunia.  Merauke di Papua dapat menjadi pusat pangan dunia dan pusat kayu tropis dengan hutan tanaman industrinya.

Kedua, Indonesia bagian Timur memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dapat dijadikan sebagai “kapal induk” untuk memperkuat pertahanan negara dan sebagai pangkalan militer untuk menjaga kedaulatan wilayah negara maupun untuk melindungi kekayaan maritim kita dari pencurian oleh kapal-kapal asing.   Ini adalah konsep membangun kekuatan armada Timur tanpa harus membeli kapal induk, tetapi membangun beberapa pulau kecil yang strategis untuk dijadikan pangkalan militer.

Ketiga, Pulau Jawa dan Sumatera telah melebihi daya dukung ekosistem akibat dari banyaknya penduduk dan kegiatan industri yang merusak lingkungan sehingga harus mau tidak mau harus ada migrasi penduduk dan relokasi pusat-pusat industri ke wilayah yang lebih luas.  Jika wilayah Indonesia bagian Timur dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan maka secara otomatis akan terjadi migrasi penduduk ke wilayah tersebut.

Keempat, Kekayaan yang melimpah di Indonesia bagian Timur, baik kekayaan maritim dan kelautan, juga kekayaan energi dan sumberdaya mineral harus dijaga agar tidak dimanfaatkan oleh pihak asing dan kita tidak mampu mengawasinya.  Dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan otomatis akan memudahkan kita dalam mengawasi dan menjaga sumberdaya alam yang melimpah tersebut.

Kelima, lingkungan hidup dengan hutan tropis dan ekosistem pantai yang sangat luas dan yang belum tercemar membuat Indonesia bagian Timur sebagai paru-paru dunia.  Ini merupakan intangible asset yang tidak ternilai sehingga harus dilestarikan dan dijaga, agar kekeliruan pembangunan di Jawa dan Indonesia bagian Barat tidak terulang di Indonesia Bagian Timur.

Jadi memprioritaskan pembangunan di Indonesia Timur bukan saja akan mengurangi kesenjangan, melainkan juga akan menjadi “engine for growth” atau mesin pertumbuhan baru yang juga menyelesaikan berbagai persoalan demografis akibat migrasi dan peledakan jumlah penduduk yang menumpuk di pulau Jawa.

Jika pemerintahan baru tidak dapat melihat hal ini, maka kesenjangan yang timpang ini akan semakin melebar.  Apa yang akan diraih sebuah pemerintahan, sebuah negara, dengan ketimpangan yang kian nyata?  Penduduk yang padat dan miskin yang semakin banyak di Pulau Jawa akan menjadi beban sosial yang semakin berat bagi pemerintah.  Sedangkan di lain pihak akibat ketimpangan maka terjadi migrasi yang besar dari Indonesia bagian Timur ke Indonesia bagian Barat yang akan semakin menjadi persoalan sosial dan demografis yang luar biasa.

Memprioritaskan pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur merupakan solusi logis dari berbagai persoalan kependudukan dan persoalan ekonomi yang dihadapi oleh mayoritas rakyat Indonesia.

***

Aribowo Suprajitno AdHI

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.