Jaflaun Batlayeri : Lewat Momen MTQ di Tanimbar, Muncul Kekayaan Maluku Akan Inklusivisme dan Pluralisme

Saumlaki, indonesiatimur.co – Harta kekayaan hakiki yang dimiliki dari hati orang Maluku, yakni memiliki keunikan tersendiri yang jarang ditemukan, diantaranya adalah yang disebut dengan istilah paham “Inklusivisme” serta paham “Pluralisme.” Istilah paham Inklusivisme sendiri yang adalah merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban toleransi yang mana, aspek penting dalam sebuah toleransi adalah suatu kehendak yang kuat untuk memahami pribadi lain, golongan, maupun agama lain, tanpa harus kehilangan jati diri sendiri. Mengenal dan memahami pribadi orang lain, golongan, bahkan agama lain, akan memudahkan jalan untuk mengenali, menjalin kerjasama, dan bahkan mencintai satu dengan lainnya. Untuk itu, manusia akan semakin memperlakukan dan diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, sebagaimana slogan yang sering diucapkan, “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak pula toleran.”

Sementara istilah Pluralisme sendiri yang berarti paham atas keberagaman dan merupakan paham yang menghargai akan adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing.

Kedua hal ini secara eksklusif disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Jaflaun Omans Batlayeri kepada awak media pada Senin (21/03/2022), yang bertempat di ruang kerja Kantor DPRD setempat.

Menurut Jaflaun, kedua istilah tersebut pantas dimiliki orang Maluku sebagai harta kekayaan yang dimiliki dan selama ini tersimpan dengan rapih di hati sanubari masyarakatnya dan merupakan sesuatu yang pantas untuk ditonjolkan dan diperjuangkan. Kedua harta tersebut dinilainya mulai tampak dengan terlaksananya event keagamaan bergengsi bagi Umat Muslim, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke XXIX tingkat Provinsi Maluku, Tahun 2022 yang diselenggarakan di daerah kabupaten yang bertajuk Duan dan Lolat ini sejak 18 Maret lalu, dan akan berakhir pada 24 Maret mendatang, meskipun keberadaan Umat Muslim di Tanimbar hanya berjumlah 4 persen, namun hal itu bukanlah menjadi suatu penghalang untuk terlaksananya event MTQ dimaksud.

Untuk itu menurut orang nomor satu sebagai legislator Tanimbar ini, dengan menonjolnya kedua hal dimaksud lewat event MTQ di Tanimbar, dirinya menginginkan agar kiranya ada dorongan konkret dari Pemerintah Provinsi Maluku, dalam hal ini Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Drs. Murad Ismail, S.H., M.H., agar kiranya dapat mendorong pelaksanaan event keagamaan lainnya, selain MTQ, yakni Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) maupun Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) di daerah yang mayoritas Muslim, mengingat Maluku merupakan role model laboratorium umat beragama di Indonesia.

“Dari Tanimbar telah memberikan inspirasi toleransi dan spiritnya. Jika berkenan, sikap ini jadi contoh bagi yang lain dan bukan hanya di antara sesama Maluku saja, tetapi menjadi pilar bangsa sebenarnya dari sisi keagamaan. Saya ingin ada dorongan konkret dari Pemprov Maluku juga. Jangankan hanya MTQ, bagaimana kalau PESPARAWI dan PESPARANI juga dapat dilaksanakan di daerah yang mayoritasnya saudara-saudara kita yang Muslim, agar Maluku ini secara totalitas menunjukkan toleransi keagamaan di mata Nasional, bahkan di mata dunia,” pinta Jaflaun.

Tak lupa, dirinya memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Maluku, teristimewa kepada Gubernur Maluku yang telah memberikan spirit toleransi yang luar biasa melalui pesan-pesan moral yang disampaikan dan menciptakan nilai nasionalisme bahwa Maluku harus menjadi contoh keragaman keagamaan dan Maluku harus menjadi contoh terhadap toleransi keagamaan.

“Hal ini menjadi tolak ukur yang baik yah. Saya kira, kepemimpinan Maluku yang sejati harus demikian. Harus menghargai dan menghormati ke-Maluku-an dari sisi keagamaan. Permintaan saya, kiranya toleransi ini menjadi suatu program utama yang harus dilakukan oleh Bapak Gubernur. Kiranya acara-acara keagamaan yang lain selain MTQ, PESPARANI dan PESPARAWI misalnya, bisa juga dapat dilaksanakan di Kabupaten SBT, Kabupaten Buru, ataupun Buru Selatan. Ini kan enak. Maluku lahir dengan keunikan, lahir dengan Inklusivisme dan Pluralisme, dengan keberagaman, dan itulah kekayaan Maluku yang pantas ditonjolkan dan diperjuangkan,” pungkasnya. (it-03)