Indra Jaya : Perlu Puluhan Tahun Untuk Pemulihan Terumbu Karang

Indra JayaAmbon, MALUKU – Untuk mengetahui dampak kerugian akibat pengeboman ikan, www.indonsiatimur.co mewawancarai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. DR. Indra Jaya, Senin (19/11).

Indra Jaya menjelaskan, dampak langsung dari pengeboman ikan adalah rusak atau hancurnya terumbuk karang dan ikan-ikan yang berada disekitar lokasi pengeboman tersebut.

“Sedangkan dampak tidak langsungnya, berkurang atau menurunnya daya dukung lingkungan untuk tumbuh dan berkembangnya biota-biota laut,” jelas Indra Jaya.

Untuk nilai kerugian lain dari proses pengeboman ikan dilaut, lanjutnya, adalah aspek estetika lingkungan, khususnya kegitan kunjugan wisatawan.

Indra Jaya juga menegaskan, terumbuk karang yang rusak akibat di bom akan tumbuh dalam waktu tidak begitu lama. “Hanya beberapa tahun saja terumbu karang yang dibom dapat tumbuh lagi, jadi tidak sampai puluhan tahun. Tetapi terumbu karang itu tumbuh dengan keragaman hayati rendah,” ungkapnya.

Dirinya menegaskan, bahwa untuk mendapatkan keragaman terumbuk karang dengan hayati yang tinggi seperti sedia kala,  diperlukan waktu puluhan tahun lamanya.

Ketika ditanya apakah ada teknologi yang bisa mempercepat pemulihan keragaman hayati yang tinggi, Indra Jaya mengatakan dengan teknologi transplantasi.

“Teknologi ini sudah lama diterapkan di Indonesia, walaupun keragaman spesies yang berhasil ditrasplantasikan masih sangat sedikit,” urai Ketua Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia tersebut.

Dia juga menjelaskan, cara kerja teknologi transplantasi sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan serpihan atau potongan terumbuk karang yang akan ditraspalsi dan melekatkan atau menggikatnya pada suatu substrat.

“Biayanya juga relatif murah. Kerana substrat bisa dengan mengunakan bahan cor-coran semen. Namun kalau areal lokasi yang akan ditrasplatasi luas maka biayanya semakin tinggi,” ungkapnya.

Dia mengakui, sejauh ini masih sedikit spesies yang berhasil ditransplantasi. “Saya pikir kita perlu terus lakukan riset dibidang transplantasi,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Dewan Pakar Institut Maritim Indonesia (IMI).

Dirinya juga mengungkapkan perlu dijajaki teknik-teknik baru yang berkembang dibidang reproduksi hewan, misalnya teknologi cloning.

“Ingat, terumbu karang juga hewan. Jadi kita perlu jajaki kemungkinan-kemungkinan ini,” tandasnya.

Kerusakan lain yang mungkin menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah penjangkaran. “Para Diver atau nelayan kadang  membuang jangkar perahu ke terumbu karang,” paparnya.

Untuk mencegah kerusakan terumbu karang akibat pengeboman maupun penjangkaran, Indra Jaya mengungkapkan, perlu dilakukan beberapa tindakan yang serempak atau bersamaan yakni penyadaran atau edukasi akan nilai ekosistem terumbu karang.

“Selain itu juga pemberian atau pengembangan sumber mata pencaharian alternatif serta perbaikan manajemen dan kelembagaan pengelolaan ekosistem terumbu karang,” tutup Indra Jaya. (GHEA)