Stasiun Geofisika Saumlaki Telah Siapkan 2 Seismometer dan 3 Alat WRS Ina TEWS

Saumlaki, indonesiatimur.co – Salah satu tugas dan fungsi dari Stasiun Geofisika yang adalah untuk melaksanakan pengamatan, pengelolaan data, pelayanan jasa dan tugas penunjang yang meliputi pemeliharaan peralatan, kerjasama atau koordinasi, administrasi, dan tugas tambahan lainnya untuk memberikan data atau informasi riil kepada masyarakat luas tentang terjadinya bencana sehingga tidak berdampak fatal ataupun merugikan masyarakat ketika terjadinya suatu bencana alam, sangatlah diperlukan.

Berdasarkan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Stasiun Geofisika Saumlaki, George F. A. Muabuay, saat ditemui indonesiatimur.co pada Senin (16/01/2023) di ruang kerjanya membeberkan bahwa pihaknya telah mempersiapkan sebanyak 2 Shelter Monitoring Gempa Bumi yang didalamnya terdapat peralatan Seismometer, dan juga 3 alat system desiminasi yang bernama Warning Receiver System (WRS) Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS) yang tersebar pada beberapa titik di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT).

Menjawab kekhawatiran masyarakat terkait Bencana Gempa Bumi berkekuatan Magnitudo 7,9 Skala Richter *(Parameter Update M 7,5)* yang terjadi pada beberapa wilayah di Maluku, termasuk di KKT, Selasa, 10 Januari pekan lalu, maka peralatan-peralatan tersebut selalu disiagakan untuk dapat mendeteksi Gempa Bumi yang kapan saja bisa terjadi sehingga data dan informasi riil dapat segera disampaikan bagi masyarakat sekitar. Hal itu disampaikan karena menurutnya, kerap berkembang berbagai informasi menyesatkan (Hoaks) melalui pesan SMS maupun WhatsApp di kalangan masyarakat tentang bencana susulan yang akan terjadi sehingga membuat panik masyarakat.

“Kewenangan kami Stasiun Geofisika ini adalah untuk memberikan data atau informasi riil tentang kegempaan dan apakah kegempaan tersebut berpotensi tsunami yang berakibat kepada masyarakat ataukah tidak. Alat sensor yang digunakan dalam pengamatan gempa bumi atau biasa yang disebut Seismometer, itu kita letakan di dalam Shelter Monitoring Gempa Bumi ini. Kita ada punya lagi system desiminasi yang namanya Warning Receiver System Indonesia Tsunami Early Warning System atau yang disingkat WRS Ina TEWS,” jelas George.

Ia menguraikan, di Tanimbar sendiri terdapat 2 Shelter Monitoring Gempa Bumi yang didalamnya terdapat peralatan Seismometer, yakni satunya berada di Stasiun Geofisika Saumlaki, dan yang satunya lagi baru dibangun dan terletak di depan Kantor Camat Kormomolin. Keberadaan dua Shelter tersebut ungkapnya, jika terjadi gempa bumi, maka akan segera terdeteksi. Dan ketika sudah terdeteksi, pihaknya akan segera melakukan analisa untuk selanjutnya dapat memberikan informasi riil kepada masyarakat, baik melalui aplikasi media sosial berupa Stasiun TV, Radio, SMS maupun WhatsApp tentang bencana atau kejadian yang terjadi.

Ditambahkan George, alasan pemasangan kedua alat Seismometer di dalam Shelter Monitoring Gempa Bumi pada dua titik lokasi tersebut karena ada dalam system atau metode analisis, dimana pihaknya harus memiliki Shelter Monitoring Gempa Bumi lebih dari satu sehingga informasi yang didapat tentang kegempaan-pun bisa secepatnya diperoleh.

“Dalam metode analisis Gempa Bumi, kita harus menggunakan metode sensor sehingga Shelter Monitoring Gempa Bumi harus kita letakan pada posisi itu. Shelter yang ditempatkan bukan hanya di situ tetapi ada lagi di Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, bahkan untuk kita bisa menganalisis informasi kegempaan, sensor dari Negara Australia pun masuk ke sini. Di sini kita membackup seputaran Laut Banda dan sekeliling wilayah KKT itu kita monitor. Jadi kemarin itu kita tambah lagi satu buah Shelter Monitoring Gempa Bumi yang di dalamnya terdapat alat seismometer yang letaknya di Kormomolin untuk dapat membantu mempercepat informasi tentang kegempaan,” ujarnya.

Ia melanjutkan, untuk Gempa Bumi yang terjadi saat itu di Tanimbar dan berkekuatan besar tersebut, pihaknya juga telah memiliki 3 peralatan system desiminasi yang namanya Warning Receiver System (WRS) Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS) yang ditempatkan pada Stasiun Geofisika Saumlaki, Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pada Kantor Pos Search and Rescue (SAR) setempat. Fungsi dari WRS Ina TEWS tersebut adalah selain mendeteksi secara cepat Gempa Bumi yang terjadi, juga berfungsi untuk penyebaran informasi terkait kejadian Gempa Bumi dan Tsunami di seluruh Indonesia kepada komputer institusi interface (Local Government/Government Institutions, Media TV, Radio, dan lainnya), yang selanjutnya akan disebarkan kepada masyarakat, guna meminimalisir dampak yang terjadi.

“Jadi ketika ada terjadi Gempa, maka informasi tentang Gempa itu akan masuk ke alat ini dan kemudian bisa langsung dikirim secepatnya kepada masyarakat. Contohnya kejadian Gempa kemarin yang ketika terjadi, kita langsung sebarkan ke masyarakat bahwa Gempa tersebut bisa berpotensi Tsunami. Jadi alat itu untuk mempercepat akses informasi kepada masyarakat, supaya jika memang benar berpotensi terjadi Tsunami, maka masyarakat sudah lebih dulu mendapatkan informasi untuk melakukan evakuasi atau menghindari Tsunami itu,” paparnya.

Sementara untuk peralatan pendeteksi Tsunami (Buoy/Pelampung), dijelaskan pula bahwa Tanimbar belum memiliki alat tersebut. Untuk itu, pihaknya akan bekerjasama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk nantinya pada perairan laut Tanimbar dapat dipasangkan Buoy untuk bisa mengukur pergerakan tinggi gelombang air laut.

“Kami belum memiliki Buoy, namun kami akan berkoordinasi bersama Badan Informasi Geospasial, agar kedepan di perairan laut Tanimbar akan dipasangkan Buoy tersebut,” imbuhnya. (it-03)