Maluku Pariwisata 

SMP Negeri 19 Ambon Jelajahi Kearifan Lokal di Desa Wisata Negeri Rutong

Ambon, indonesiatimur.co – Siswa-siswi SMP Negeri 19 Ambon melakukan perjalanan edukatif ke Desa Wisata Negeri Rutong, sebuah destinasi budaya dan ekowisata di Pulau Ambon yang dikenal dengan keindahan alam serta kearifan lokalnya.
Kegiatan ini bukan sekadar wisata, melainkan sebuah pengalaman belajar langsung tentang hubungan harmonis antara manusia, alam, dan budaya.

Dalam kunjungan tersebut, para siswa diajak mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Rutong yang masih menjaga tradisi dan kelestarian alam. Mereka belajar bagaimana masyarakat setempat mengolah sagu—mulai dari proses pengambilan dari pohon hingga menjadi beragam produk makanan tradisional seperti sanoli, empeng, dan mie sagu.
Melalui praktik langsung, siswa merasakan sendiri nilai-nilai kerja keras, gotong royong, dan kebersamaan yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Maluku.

Selain pembelajaran tentang sagu, kegiatan ini juga membuka wawasan siswa untuk mencintai budaya lokal dan menjaga lingkungan. Alam dan tradisi menjadi guru yang mengajarkan bahwa keseimbangan dapat tercipta bila manusia hidup berdampingan dengan alam secara bijaksana.

Ketua Pengelola Desa Wisata Negeri Rutong, Richardo Makatita, memberikan apresiasi atas kunjungan tersebut.

“Desa Wisata Negeri Rutong memberikan apresiasi kepada SMP Negeri 19 Ambon yang sudah berkunjung ke Ekowisata Sagu. Ini merupakan komitmen bersama untuk menjaga alam dan melestarikan budaya kepada anak-anak sebagai penerus masa depan Maluku. SMP Negeri 19 Ambon sudah berkunjung dua kali ke Rutong, dan itu menunjukkan bahwa apa yang kami berikan di sini berdampak positif bagi dunia pendidikan di Kota Ambon,” ungkap Makatita.

Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas. Di Desa Wisata Negeri Rutong, SMP Negeri 19 Ambon menemukan makna pendidikan yang sejati—belajar dari alam, budaya, dan kebersamaan untuk membentuk generasi muda yang mencintai warisan leluhur Maluku.

Wujudkan Pembelajaran Kontekstual Lewat Ekowisata Sagu

Sementara itu, dalam upaya menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual, SMP Negeri 19 Ambon kembali melaksanakan kegiatan ekowisata pendidikan ke Desa Wisata Negeri Rutong, sebuah desa yang kaya akan nilai budaya dan kearifan lokal Maluku.
Kegiatan ini menjadi kali kedua sekolah tersebut memilih Rutong sebagai tujuan wisata edukatif, karena dianggap mampu memadukan unsur alam, budaya, dan ilmu pengetahuan dalam satu kesatuan pembelajaran yang utuh.

Kepala Sekolah SMP Negeri 19 Ambon, Novy Gaspersz, S.Pd, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi kurikulum merdeka belajar, yang menekankan pentingnya keterpaduan antara kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.

“Kami memilih Desa Wisata Negeri Rutong karena di sini anak-anak bisa belajar banyak hal yang relevan dengan pelajaran di sekolah. Rutong menyediakan ruang belajar yang alami dan kontekstual, mulai dari IPA, IPS, sejarah, hingga prakarya,” jelasnya.

Di Rutong, para siswa diajak untuk memahami proses pelestarian sagu, tanaman pangan lokal Maluku yang semakin jarang ditemui. Mereka belajar langsung mengenal jenis-jenis sagu, cara pengolahannya, serta nilai ekologis dan ekonomisnya bagi masyarakat.

“Sagu bukan hanya pohon, tetapi memiliki berbagai spesies. Anak-anak bisa mempelajari klasifikasinya sebagai bagian dari pembelajaran IPA. Selain itu, mereka juga belajar prakarya dengan mengolah sagu menjadi berbagai makanan tradisional bersama ibu-ibu PKK Rutong,” tambah Gaspersz.

Menariknya, kegiatan ini juga menjadi media pembelajaran literasi keuangan bagi para siswa. Sebelum keberangkatan, mereka telah menabung dari uang jajan selama dua bulan untuk membiayai perjalanan ini.

“Anak-anak belajar bagaimana merencanakan dan mengelola keuangan sendiri. Dari proses menabung sampai menggunakan dana sesuai anggaran, semua menjadi pengalaman belajar yang nyata,” ujarnya.

Lebih jauh, Gaspersz menekankan pentingnya kegiatan ini dalam membangun kesadaran budaya di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi digital.

“Anak-anak sekarang sangat akrab dengan gawai dan dunia digital, tapi sering lupa dengan budaya makan dan kearifan lokal kita sendiri. Melalui kunjungan ke Rutong, kami ingin mereka kembali mengenal sagu, makanan pokok orang Maluku dan memahami maknanya sebagai identitas budaya,” ungkapnya.

Ia berharap kunjungan ini dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk menjadikan ekowisata sebagai bagian dari proses pembelajaran, agar siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter cinta budaya dan lingkungan.

“Kami ingin anak-anak membawa pulang pesan bahwa belajar bisa dari mana saja — dari alam, dari masyarakat, dan dari budaya. Rutong adalah contoh nyata bagaimana pendidikan bisa hidup di tengah kehidupan,” tutup Gaspersz. (it-02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.