Enrekang Menarik buat Investor Korsel
PT EN3 Green Energy, perusahan asal Korea Selatan (Korsel), menyatakan keinginan untuk melakukan diversifikasi investasi ke Kabupaten Enrekang.
Perusahan itu memiliki pabrik tapioka dan baking powder yang akan digunakan sebagai bahan-bahan kosmetik, obat, dan lain-lain. Pabriknya selama ini telah dibangun di Takalar dan Gowa. Namun pabrik yang terletak di Takalar tidak berjalan dengan baik.
Muh Riyadh Zainal, dari marketing division PT EN3 Green Energy, mengatakan, ada beberapa kendala yang dihadapi di lapangan, sehingga, pihaknya ingin melakukan diversifikasi dan beralih ke kabupaten lain, yakni ke Enrekang. Riyadh mengatakan hal itu saat saat bertemu Gubernur Sulsel, di Rumah Jabatan Gubernur di Makassar, Jumat (26/4).
Riyadh juga menyatakan keinginan PT EN3 Green Energy untuk membangun pembangkit bertenaga angin guna memenuhi kebutuhan listrik Sulsel.
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, sejak dua tahun lalu, Sulsel sudah banyak mengadakan nota kesepahaman dengan perusahaan asal Korsel. Namun, dari nota kesepahaman itu, ada yang berjalan baik dan ada juga yang tidak maksimal.
Sahrul mengatakan, PT EN3 Green Energy merupakan yang berjalan baik. “Yang sukses adalah pabrik yang di Gowa. Ternyata yang di Takalar tidak berjalan sukses,” kata Sahrul.
Pabrik yang Takalar tidak berjalan maksimal, antara lain, karena masalah alam. Banyaknya batu-batuan mengakibatkan kualitas umbinya kurang bagus. “Karena itu, kami tawarkan untuk beralih ke daerah lain,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel, Irman Yasin Limpo, menjelaskan, PT EN3 Green Energy berinvestasi sejak tiga atau empat tahun terakhir di Sulse. Mereka melaporkan perkembangan usahnya dan menyampaikan keinginannya untuk mendiversifikasi investasinya sekaligus melakukan ekspor.
Gubernur sulsel sudah pernah diundang ke Korsel untuk melihat perkembangan perusahaan mereka.
Selama ini bentuk kerjasama dengan perusahaan Korea tersebut adalah petani dibiayai, diberi bantuan, dan ubi hasil pertanian mereka dibeli. Ubi itu kemudian diproses di pabriknya dan hasilnya dikirim ke Korea. (AW)