Al-Hidayah Diminta Lebih Berperan Optimal Sebagai Lembaga Dakwah
Ambon, indonesiatimur.co – Lembaga pengajian Al-Hidayah telah memasuki usia ke-38 tahun. Saat peringatan ulang tahun tersebut, Gubernur Maluku Said Assagaff berharap lembaga pengajian Al-hidayah yang merupakan anak kandung dari Partai Golongan Karya (Golkar) dapat lebih berperan optimal sebagai wadah dakwah dan perjuangan perempuan muslim di provinsi Maluku.
“Diusia 38 tahun Al-Hidayah telah berperan penting dalam proses tranformasi pembangunan mental, spiritual dan keadaban masyarakat Maluku baik sebagai wadah pendidikan islam, dakwah maupun ormas-ormas perempuan,” ujar Gubernur Maluku dalam sambutannya.
Sebagai wadah pendidikan Islam, dirinya melihat Al-Hidayah telah berperan aktif sebagai wadah pembelajaran pendidikan agama Islam dengan sangat efektif, khsususnya di kalangan perempuan.
“Sebagai lembaga dakwah, Al-Hidayah mempunyai peran besar di dalam mengembangkan dakwah di daerah ini, bukan hanya dakwah secara lisan, tetapi juga dakwah dengan tindakan dan perbuatan serta harta melalui berbagai aksi sosial di dalam membantu panti asuhan, pengajian, pesantren dan lain sebagainya di daerah ini,” jelasnya.
Menurut Gubernur, sebagai ormas perempuan, Al-Hidayah telah berperan aktif menjadi media untuk pembelajaran, dalam mengasah kemampuan kepemimpinan, manajerial dan kompetensi sosial untuk bisa berperan aktif pada ruang publik.
Apalagi, belakangan terjadi banyak masalah, tantangan dalam bangsa ini yang perlu ditangani secara bersama, antara lain makin masif dan canggihnya peredaran narkoba, berkembangnya jaringan radikalisme, terorisme atas nama agama, kekerasan seksual serta ancaman degradasi bangsa karena berkembanganya semangat etno nasionalisme dan religius, yang diperkuat dengan ujaran kebencian dan fitnah di media sosial.
“Jadi kalau ada yang memfitnah kita jangan dibalas, nanti Allah yang membalas,” ujarnya.
Dalam menghadapi semua permasalahan dan tantangan tersebut, Gubernur mengajak Al-Hidayah di Maluku untuk semakin peka dan mempunyai gagasan yang baik serta transformatif baik sebagai wadah perjuangan pendidikan Islam, lembaga dakwah maupun ormas perempuan.
“Artinya Al-Hidayah harus punya peta masalah keumatan dan dakwah. Begitu juga sebagai lembaga pendidikan Islam dan lembaga dakwah, jangan hanya fokus untuk ibadah ritual saja tetapi juga ibadah sosial. Di dalam arti Al-hidayah harus mengembangkan pola pendidikan islam dan dakwah yang lebih transformatif dan juga punya perhatian terhadap isu kebangsaan dan kemanusia dan berbagai masalah yang dewasa ini sudah enjadi isu global yang sangat krusial,” tandasnya.
Dengan upaya seperti ini, kata Assagaff peran kontribusi Al-Hidayah kedepan tentu saja semakin pesat dalam rangka membangun Maluku yang aman, rukun, religius, berkualitas dan demokratis dijiwai semangat siwalima berbasis kepulauan secara berkelanjutan.
Sementara itu, ketua DPD Al-Hidayah Maluku, Eka Dahlan Uar dalam sambutannya, mengatakan di usia ke-38 tahun Al-Hidayah terus berupaya untuk mewujudkan sistem kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan yang menjamin hak asasi perempuan, serta kesetaraan dan keadilan gender dalam berkeluarga dan bermasyarakat melalui program-program nyata.
Dirinya menyadari sungguh, program kerja Al-Hidayah yang selama ini dijalankan diperhadapkan dengan berbagai dinamika kehidupan sosial yang tumbuh silih berganti. Antara lain bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan sosial budaya menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan.
Untuk mengefektifkan pelaksanaan program pemberdayaan perempuan tersebut serta menjamin tingkat keberhasilannya, maka koordinasi dan sinkronisasi berbagai program dan kegiatan antara pemerintah daerah merupakan hal penting dan mutlak dilakukan.
“Untuk itu, di usia ke-38 ini, pengajian Al-Hidayah mengajak segenap jajaran pemda di Maluku untuk senantiasa bekerja sama dengan organisasi perempuan di daerah ini,” pintanya. (it-01)