Disperindag Maluku Akan Gandeng BUMN dan BUMD Pasok Bahan Pokok

Ambon, indonesiatimur.co – Tingginya kenaikan harga bahan pokok dalam hal ini cabe rawit, membuat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku akan mengandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menjadi pemasok kebutuhan bahan pokok. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas (Kadis) Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Maluku Elvis Pattiselano.

“Harus ada BUMN atau BUMD yang mengatur semua cabe dari hasil petani, untuk dipasok kepada pengecer,” ujarnya.

Upaya ini dilakukan karena sering terjadi permainan yang dilakukan oleh sebagian penadah, sehingga terjadi kenaikan harga cabe rawit.

Untuk menindaklanjuti hal ini, Disperindag langsung turun ke lapangan dan menanyakan hal ini kepada ibu-ibu yang selalu membeli cabe dari petani di Huamual belakang, Kabupaten SBB, yang membeli dengan harga Rp 20 ribu/kg dan menjual kepada penadah di pasar batu merah dengan harga Rp25 ribu/kg.

Namun diakuinya, barang yang dijual kepada penadah tidak langsung dijual ke pedagang eceran, melainkan melewati dua atau tiga penada lainnya baru sampai kepada pengecer. Sehingga harga yang dijual kepada masyarakat bisa mencapai Rp43 ribu/kg, karena sudah melewati beberapa tangan.

“Saya sudah menanyakan hal ini namun mereka sangat tertutup, oleh sebab itu satu satunya cara yang kita lakukan adalah memutus mata rantai pemasok,” jelasnya.

Untuk memutus mata rantai pemasok, maka Disperindag melakukan kerja sama dengan BUMN atau BUMD. Hal ini dilakukan agar bisa mengatur semua cabe dari petani untuk dijual kepada pengecer.

Selama ini pasokan cabe yang dijual berasal dari luar daerah dalam hal ini Makassar, sedangkan dalam daerah dari Huamual belakang, Kairatu kabupaten SBB dan kota Ambon.

“Jika kita bisa memutus semua mata rantai cabe, maka harga yang dijual dari petani 20 ribu/kg, kita bisa jual kepada pengecer hanya Rp25 ribu/kg,” ucapnya.

Dirinya mengakui sudah membicarakannya BUMD dalam hal ini PD Panca Karya, Bulog dan BUMN dalam hal ini perusahaan perdagangan Inodnesia.

“Saya sudah membicarakan dengan PD Panca Karya, namun direktur masih mempertimbangkan hal tersebut, dengan Bulog juga lagi dikaji, sedangkan BUMN perusahaan perdagangan Indonesia baru akan dibicarakan karena harus disesuaikan dengan pemasokan sentra panen yang kouta yang banyak,” tuturnya.

Kadis berharap dengan langkah pemutusan mata rantai ini, dapat menurunkan harga cabe yang sementara ini lagi terjadi lonjakan harga.(it-01)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.