Daerah Maluku 

Dua Cucu Pahlawan Turut Terima Tali Asih Dari Kapolda Maluku

Saumlaki, indonesiatimur.co – Perayaan puncak semarak syukuran Hari Bhayangkara ke-76 Tahun 2022 yang bernuansa ‘Malam Basudara Manise’, digelar Kepolisian Daerah (Polda) Maluku pada Kamis (07/07/2022), berjalan dengan penuh hikmah. Acara syukuran tersebut berlangsung di Gedung Auditorium Universitas Pattimura (Unpatti), Kota Ambon, Provinsi Maluku dan turut dihadiri oleh Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Drs. Murad Ismail, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Maluku atau yang mewakili, seluruh Pejabat Utama (PJU) Polda Maluku, keluarga Zeth Lekatompessy, AKBP (Purn) Apeles Letty, S.H., dan dua orang cucu dari Pahlawan Kusuma Bangsa dan keduanya turut diberikan penghargaan serta tali asih dari Kapolda Maluku, Irjen Pol Drs. Lotharia Latif, S.H., M.Hum.

Kedua Cucu Pahlawan Kusuma Bangsa tersebut adalah Pius Alaraman Batlyare yang merupakan cucu dari Srikandi Bhayangkari Mathelda Batlyare (nama sebenarnya dari Mathilda Batlayeri) yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, serta cucu dari salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang turut menjadi korban dalam Gerakan 30 September pada tahun 1965, yakni Ajun Komisaris Polisi Dua Anumerta Karel Sadsuitubun.

Selain kedua Cucu dari Pahlawan Kusuma Bangsa yang diberikan penghargaan dan tali asih, Kapolda juga memberikan penghargaan kepada Pangdam XVI/Pattimura, Danlantamal IX/Ambon, Danguspurla Koarmada III, Kajati Maluku, Ketua Pengadilan Tinggi Ambon, Ketua DPRD Provinsi Maluku, Kepala BNN Provinsi Maluku, Kabinda Maluku, Keluarga Zeth Lekatompessy, dan AKBP (Purn) Apeles Letty, S.H. Para penerima penghargaan tersebut, dinilai telah berjasa membantu Polri, khususnya Polda Maluku, dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebaliknya, Gubernur Maluku juga memberikan penghargaan serupa kepada Kapolda.

Menarik untuk disimak tentang kehadiran kedua Cucu sebagai perwakilan kedua Pahlawan Kusuma Bangsa dalam acara perayaan syukuran dimaksud. Mathelda Batlyare memiliki nama dan marga sebelum menikah adalah Mathelda Lamere (marga yang juga berasal dari Desa Oibur Sifnana Omele, Tanimbar, kabupaten yang berjuluk Duan Lolat). Ibu Mathelda menikah dengan suaminya yang adalah seorang Anggota Polisi berpangkat Ajun Agen Dua Adrianus Tanbey Laitaman Batlyare, dan memiliki tiga orang putra, serta sementara mengandung seorang anak yang usia kandungannya kala itu masih lima bulan. Sementara, Ajun Komisaris Polisi Dua Anumerta Karel Sadsuitubun, adalah putra asal Rumadian, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra).

Kisah heroik Srikandi Mathelda Batlyare ini tercatat di lembaran negara saat terjadinya penyerangan terhadap pos/asrama Polisi Kurau, Kabupaten Tanah Laut (dahulu dikenal dengan nama Kewedanan Tanah Laut), Polda Kalimantan Selatan, yang dilakukan Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), dipimpin oleh Ibnu Hadjar dengan nama Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT) pada tanggal 28 September 1953. GPK KRyT ini senantiasa melakukan teror dan penyerangan kepada kampung-kampung yang dilaluinya. Tak jarang terjadi penghadangan dan penyerangan terhadap patroli-patroli Tentara dan Polisi dengan tujuan merebut senjata sebanyak-banyaknya. Bahkan GPK ini tak segan untuk menyerang Pos Asrama Militer/Polisi kala itu.

Sangat heroik aksi yang dilakukan Mathelda, yang mana saat terjadinya penyerangan, Srikandi Tanimbar ini turut bersama 5 Anggota Polisi lainnya berusaha menghadang para GPK dengan menggendong anaknya sambil menenteng senjata berjenis Mauser buatan Jerman milik suaminya dalam pertempuran yang tidak berimbang. Sebagai seorang ibu Bhayangkari ketika serangan tersebut terjadi, suami dari Mathelda sementara mengambil air di sumur sehingga dirinya akhirnya terjebak di sumur tersebut. Meskipun tanpa sang suami di sisinya, Srikandi Tanimbar ini bahkan berhasil menembak mati Suwardi, pemimpin penyerangan yang konon memiliki ilmu kebal serta beberapa anak buahnya sampai akhirnya dirinya pun gugur tertembak bersama 3 putranya, yakni yang sulung bernama Alex (9), putra kedua Lodewijk (6), dan putra ketiga Max (2,5) yang gugur di pelukan ibunya bersama janin berusia 5 bulan yang sementara dikandung.

Karena melihat ketiga anaknya telah meninggal, membuat semangat tempur Mathelda Batlyare semakin berkobar, akan tetapi setelah bertempur kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Srikandi ini gugur sebagai Kusuma Bangsa. Setelah tidak ada perlawanan lagi dari pihak Polisi, maka GPK KRyT membumihanguskan Pos/Asrama Polisi Kurau, sehingga jenazah Mathelda Batlyare dan ketiga putranya turut terbakar dalam kobaran api tersebut.

Sementara itu, kisah Ajun Komisaris Polisi Dua Anumerta Karel Sadsuitubun, yang dikenal dengan turut memberikan sumbangsihnya dalam Operasi Trikora pembebasan Irian Barat. Karel juga pernah bergabung melawan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pada 1 Oktober 1965, Karel menjadi salah satu korban dari Gerakan 30 September, sehingga dirinya pun menjadi Pahlawan Revolusi pertama yang diakui dari Kepolisian.

Melalui kesempatan membuka Malam Basudara Manise, sekaligus memberikan sambutan, Kapolda Maluku sempat membawakan sebuah lagu lawas berjudul ‘Beta Berlayar Jauh’ yang diiringi musik orkestra dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon.

Dalam sambutannya, Kapolda Lotharia Latif mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka Hari Bhayangkara ke-76 yang mengusung tema ‘Polri yang presisi mendukung pemulihan ekonomi dan reformasi struktural untuk mewujudkan Indonesia tangguh Indonesia tumbuh’, dan merupakan merupakan puncak dari seluruh rangkaian kegiatan menyongsong Hari Bhayangkara ke-76 yang dilakukan Polda Maluku. Rangkaian kegiatan yang dilakukan tersebut mulai dari bakti sosial, bakti religi, bakti kesehatan, maupun olahraga bersama.

“Selain kegiatan-kegiatan tersebut, kami juga melaksanakan kegiatan untuk mengangkat UMKM dengan melakukan kegiatan pemecahan rekor MURI untuk minum jus pala terbanyak di Indonesia sebanyak 16.076,” jelas Kapolda yang menambahkan jika kegiatan malam ini didedikasikan kepada masyarakat Maluku, sehingga diharapkan Maluku yang aman, damai, dan sejahtera.

Tak lupa, Kapolda juga sempat menyampaikan permohonan maaf apabila sampai saat ini Polda Maluku jauh dari sempurna, namun tetap terus berupaya untuk melaksanakan yang terbaik dalam pelayanan, perlindungan, dan pengayoman kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat Maluku. Dirinya juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan TNI, Pemerintah Daerah (Pemda), DPRD, para Awak Media, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat atas kerja sama, sinergitas, dan soliditas yang dilakukan selama ini yang telah mendukung berbagai kebijakan, baik kebijakan pusat, provinsi, maupun kebijakan kabupaten/kota se-Maluku.

“Kami minta doa restu dalam pelayanan kami selaku pelindung, pengayoman masyarakat, bisa melaksanakan tugas sebaik-baiknya,” imbuh Kapolda.

Sementara itu, Gubernur Maluku Murad Ismail, dalam sambutannya, mengaku atas nama pribadi dan masyarakat Maluku memberikan apresiasi kepada Kapolda Maluku. Orang nomor satu di Maluku ini berharap agar Polri terus melakukan transformasi menuju Polri yang Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, dan berkeadilan atau Presisi.

“Dalam hati yang paling dalam saya secara pribadi dan keluarga juga mewakili pemerintah daerah dan masyarakat Maluku mengucapkan selamat hari Bhayangkara yang ke-76. Banggalah kita menjadi bagian dari Korps Bhayangkara, banggalah kita membangun Polri yang makin maju dan presisi,” katanya,” ungkap Gubernur.

Dirinya juga berharap melalui momentum ini, Polri akan semakin memantapkan semangat juang serta tetap konsisten dalam menjamin keamanan serta bisa mendukung program pembangunan di negeri para Raja-Raja.

“Kami juga berterima kasih kepada jajaran Polri di lingkungan Maluku yang selama ini telah membantu tugas-tugas pemerintah daerah di wilayah Maluku,” tutup Gubernur dalam sambutannya. (it-03)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.