Banjir Parigi: Ratusan Rumah Masih Terendam
Sebanyak 242 rumah warga di beberapa desa di Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, masih terendam air akibat banjir bandang yang melanda sejak 25 Agustus lalu.
Pada Senin, Ketua Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah (BPBD) Kabupaten Parigi Moutong, Ramli Borman, yang sedang berada di Desa Boyangtongo, sekitar delapan kilometer dari ibu kota kabupaten itu, mengatakan rata-rata rumah yang terendam telah ditinggalkan pemiliknya mengungsi di posko penampungan atau rumah penduduk lain.
Sebagian warga yang rumahnya tidak terendam air dan rusak pun ikut mengungsi ke desa-desa tetangga atau ke Parigi karena khawatir banjir bandang kembali datang mengingat hujan deras sepanjang malam mengguyur seluruh wilayah Kecamatan Parigi Selatan.
Warga yang mengungsi di posko penampungan sementara yang disediakan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong di dua desa yang paling parah diterjang banjir yaitu Boyangtongo dan Lemusa telah mendapatkan bantuan makanan.
Sementara korban lainnya yang mengungsi ke rumah-rumah penduduk di wilayah masing-masing baru akan mendapat bantuan melalui posko setempat.
Petugas posko akan meneruskan bantuan yang terdiri atas bahan makanan, pakaian dan selimut serta tenda-tenda tersebut kepada setiap korban sesuai data yang ada pada BPBD.
“Data yang ada termasuk rumah rusak dan korban jiwa dan luka-luka baru bersifat sementara dan bisa berubah setiap saat,” kata Ramli.
Ia menambahkan sejak banjir bandang terjadi hingga kini aliran listrik PLN di Desa Olaya sampai Desa Dolago di Kecamatan Parigi Selatan belum normal.
“Aliran listrik masih padam karena PLN belum berhasil memperbaikinya sebab banyak tiang dan jaringan listrik roboh dan tertimbun meterial tanah dan batang-batang kayu,” katanya.
Wakil Bupati Parigi Moutong Kemas Toana mengatakan, prioritas utama selama masa tanggap darurat adalah evakuasi korban, penyaluran bantuan bahan makanan, dan perbaikan badan jalan yang rusak agar arus lalu lintas kendaraan bisa secepatnya kembali normal.
Selain memaksa sebagian warga mengungsi, banjir juga menyebabkan jembatan rangka baja sepanjang 150 meter yang menghubungkan Desa Boyangtongo dan Dologo rusak.
Jembatan kerangka baja yang dibangun sekitar 1993 itu putus di tengah dengan bagian Selatan tetap pada posisinya tapi bagian utara terbawa arus sampai sekitar 20 meter.
Sementara ini mobil tidak bisa menyeberang, hanya motor dan orang yang bisa menyeberangi Sungai Boyangtongo dengan perahu motor lewat muara sungai. (BK03) Editor: Maryati (Antara)