Bahas Dampak Geothermal terhadap Gempa, Pemkot Hadirkan Para Pakar
Ambon, indonesiatimur.co – Guna mengetahui secara pasti ada tidaknya dampak dari pembangunan Geothermal Tulehu terhadap Gempa Ambon, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon menghadirkan para pakar Geologi dan Geothermal dalam sosialisasi yang berlangsung di ruang pertemuan RM.Sari Gurih, Lateri, Selasa (28/01/2020).
Para pakar yang dihadirkan dalam sosialisasi tersebut antara lain, Pakar Geothermal dari ITB Bandung, Dr.Suryatini; Prof. Andreas Rp dari Culture Institute of German, Dr.David Sahara dari ITB; Dr.Alvend Sugiawan Pakar Gempa dari ITB.
Pada kesempatan itu, Suryatini menjelaskan, Geothermal Sistem merupakan proses perpindahan panas dari dalam bumi ke permukaan yang dilakukan melalui 2 mekanisme, konduksi yaitu panas yang melewati benda padat dan konveksi melalui fluida atau air panas.
“Sistem geothermal di Indonesia umumnya memakai mekanisme konveksi atau melalui benda cair seperti air ataupun gas-gas dan uap,” katanya.
Dikatakan, Sistem Geothermal memiliki bagian-bagian, salah satunya adalah Geothermal resovoir. “Geothermal resovoir sendiri adalah suatu lapisan bebatuan yang bisa menyimpan atau mengalirkan fluida panas, sehingga fluida panas dapat diproduksikan dan mengalir sendiri atau juga dipompa ke permukaan melalui sumur produksi kemudian masuk ke turbin untuk menghasilkan tenaga listrik,” jelasnya.
Setelah itu, lanjutnya, fluida panas akan dialirkan kembali melalui sumur injeksi ke dalam bumi untuk kelangsungan resovoir. proses tersebut, sering mengakibatkan gempa mikro (gempa kecil dibawah 3 SR) di geothermal. Namun hal itu hanya dapat terjadi ketika dalam proses produksi listrik.
“Untuk proses Geothermal di Tulehu, masih dalam tahap pengeboran, dan belum melakukan proses produksi, sehingga kesimpulan yang didapat, gempa yang terjadi di Pulau Ambon dan sekitarnya tidak ada kaitannya dengan proses Geothermal Tulehu,” tegas pakar Geothermal ITB.
Dikesempatan yang sama, Pakar Geologi ITB, Dr.Alvend Sugiawan dalam paparannya, lebih menitik-beratkan pada kejadian gempa yang menurutnya merupakan suatu proses alamiah yang terjadi.
“Seperti yang kita tahu bersama, bahwa ada dua penyebab gempa yang kemudian dirasakan oleh masyarakat atau penduduk, gempa tektonik yaitu pergerakan pada dasar laut dan gempa vulkanik yang terjadi karena letusan gunung berapi. Memang, geothermal bisa menimbulkan gempa kecil atau mikro dengan kekuatan magnitudo 3 SR dengan kedalamannya dibawah 2 hingga 3 kilometer, itupun kalau sudah beroperasi, sementara di Tulehu belum beroperasi. Jadi, gempa yang terjadi sejak september lalu, tidak ada kaitannya dengan Geothermal,” katanya.
Sementara itu, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy dalam sambutannya saat membuka kegiatan sosialisasi menjelaskan, sosialisasi yang dilakukan dengan mengundang masyarakat korban gempa di wilayah Kecamatan Teluk Ambon Baguala serta masyarakat di beberapa wilayah dalam Kabupaten Maluku Tengah, bertujuan untuk memberikan penjelasan dan pemahaman sehingga isu yang disebarkan tidak meluas dan menggelisahkan masyarakat.
“Kami dari Pemerintah Kota Ambon merasa bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat guna menghilangkan kegelisahan mereka terhadap opini-opini yang bermunculan, paling tidak masyarakat dapat mengerti sehingga menjauhkan diri dari berita HOAX,” kata Walikota.
Sosialisasi yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam tersebut ditutup dengan kesimpulan yang diperoleh antara lain, Geothermal Negeri Tulehu tidak menyebabkan adanya gempa bumi di Pulau Ambon, melainkan proses alamiah karena pergerakan rotasi bumi. kesimpulan lain yang diperoleh adalah dengan mengetahui posisi Maluku yang berada pada cincin api atau ring of fire, maka penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan diri, memahami karakreristik gempa serta mantap dalam mitigasi bencana. (it-02).