Ekonomi & Bisnis Papua 

Demi Keadilan Perdagangan, Pemkot Jayapura Wacanakan Standar Penjualan

Jayapura, indonesiatimur.co – Pemerintah Kota Jayapura mempertimbangkan penerapan standarisasi timbangan dalam aktivitas perdagangan khususnya untuk komoditas pangan jenis ikan dan telur ayam agar menggunakan satuan kilogram. Alasan wacana ini adalah untuk menciptakan keadilan dalam transaksi perdagangan.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Kota Jayapura, Reynold A Korwa menyampaikan wacana tersebut pada wartawan di kantor Walikota Jayapura, Selasa (16/2/2021). “Kami masih diskusikan dengan bagian perekonomian di Bappeda Kota Jayapura,”

Menurut Korwa, perangkat hukum yang dibutuhkan untuk menerapkan standarisasi tersebut masih didiskusikan. Apabila sudah ditetapkan sesuai dengan ketentuan hukum, maka akan dilaksanakan sosialisasi kepada pedagang yang aktif berdagang di Jayapura, khususnya pedagang ikan dan telur ayam.

Pedagang Telur

Saat ini kedua komoditas tersebut diperdagangkan dengan menggunakan perkiraan, misalnya ikan saat ini dijual per tumpukan sementara telur ayam dijual per satu rak. Diharapkan setelah standarisasi diterapkan, maka baik ikan maupun telur ayam dapat dijual menggunakan satuan kilogram.

“Jadi, transaksi penjualan tidak hanya pakai perasaan saja. Misalnya ikan, dilihat dari besar dan kecilnya, jadi harganya sekian. Adanya penyeragaman ini, nantinya ukuran dan harga tetap,” kata Korwa.

Menurut Korwa, penerapan standar kilogram ini meningkatkan rasa keadilan bagi konsumen dan juga pedagang yang puas dengan berat barang dagangannya.

“Kami berharap partisipasi pedagang untuk mendukung langkah penyeragaman timbangan. Kalau bisa, ada satu pedagang sebagai contoh sehingga akan diikuti pedagang lainnya,” lanjut Korwa.

Dahlia, seorang pedagang telur ayam di Pasar Hamadi, mendukung wacana penerapan standarisasi tersebut, sambil mengingatkan agar terlebih dahulu dilaksanakan sosialisasi secara luas baik kepada pedagang pengecer maupun distributor.  “Karena kami beli telur ayam dari distributor per rak. Kalau kami jual per kilogram, sementara kami belinya per rak, pastinya akan ada perbedaan harga, bisa jadi kami untung atau malah kami rugi,”

Diketahui bahwa di sebagian besar pasar di Papua masih belum menerapkan keseragaman terkait satuan dari komoditas pangan yang diperdagangkan. Stabilitas harga pun seringkali sulit tercapai karena pasokan kadang mengalami hambatan. [ps]

Sumber: Jubi, Dewi Wulandari

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.