Sosok 

Sofyan Tomia Pemuda Buru, Penakluk Laut Seram dan Bersertifikasi Global MSC

“Pemuda adalah harapan bangsa dan di punggung pemudalah masa depan pembangunan Indonesia” 

Kita baru saja memperingati Hari sumpah pemuda ke 93 pada 28 Oktober 2021 lalu. Semangat pemuda saat ini di era digital 4.0 diharapkan mampu memberikan warna tersendiri dalam rangka partisipasi pada pembangunan bangsa salah satunya pengelolaan sektor kelautan dan perikanan. Dengan Ide, karya , gagasan serta inovasi yang dimiliki pemuda dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang konstruktif serta berkonstribusi aktif memperjuangkan perubahan dan kemajuan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat termasuk perikanan, ditengah problematika pembangunan sektor ini yang begitu kompleks dan minat para generasi muda untuk terjun langsung memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan terlihat menurun dan harus menjadi perhatian banyak pihak.

Salah satu spirit pemuda bahari ditunjukan Sofyan Tomia (26 thn) asal Desa Waepure Pulau Buru Provinsi Maluku. Dengan menggunakan motor tempel 15 PK dan alat tangkap handline, Sofyan atau biasa disapa Opan ini menjadi nelayan tuna skala kecil dan telah memperoleh sertifikat dunia baik Fair Trade di tahun 2014 dan Marine stewardship Council pada tahun 2020 lalu.

Sekedar Informasi bahwa sebanyak 123 nelayan skala kecil penangkap ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) di Pulau Buru bagian utara Provinsi Maluku, berhasil mendapatkan sertifikat ecolabelling Marine Stewardship Council (MSC) dan ini merupakan yang pertama di dunia untuk nelayan dengan alat tangkap pancing ulur ikan tuna sirip kuning. Para nelayan tersebut  merupakan anggota kelompok nelayan fair trade binaan Yayasan MDPI bersama PT. Harta Samudra.
Sertifikasi MSC memberikan manfaat positif bagi perikanan tuna dengan memperluas akses pasar ekspor ke manca negara dan meningkatkan daya saing produk yellowfin tuna handline.

Sosok Opan menampilkan tipikal anak muda tangguh dan pekerja keras karena sejak di bangku sekolah ia sudah mengikuti ayahnya melaut dan itu dilakukan saat liburan untuk mengisi waktu luangnya. Aktifitas memancing dimulai sejak pukul 03.00 dini hari dengan pergi mencari umpan cumi yang akan dipakai untuk memancing ikan tuna selain umpan buatan yang disiapkan.

“Selanjutnya setelah umpan diperoleh dan sambil menunggu fajar menyingsing kapal pun bergerak ke daerah penangkapan yang berada pada wilayah pengelolaan perikanan 715 (Laut Seram). Biasanya jarak tempuh mencapai 10 -20 mil laut bahkan lebih, tergantung posisi arah gerombolan lumba-lumba ataupun kawanan burung yang ditemui. Selain itu kami harus berhadapan dengan cuaca yang kurang bersahabat atau ombak besar dan angin kencang saat melaut kemudian hampir sebagian waktu kami habiskan juga di tengah laut, sebab waktu pendaratan ikan biasanya di pukul 17.00 sore hari maupun malam,” ungkap Opan.

Bagi Opan, menjadi nelayan skala kecil pancing ulur penangkap tuna adalah sebuah kebanggaan tersendiri, apalagi mereka telah memperoleh Sertifikasi MSC yang merupakan pertama kali di dunia dan sebagai bentuk pengakuan dunia internasional terhadap aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan dengan tetap menganut prinsip-prinsip berkelanjutan. “Jika dulu kami mengandalkan kemampuan masing-masing orang dalam melakukan penangkapan ikan tuna, namun sekarang telah lebih terorganisir lagi dalam bentuk kelompok nelayan dan kami harus mematuhi prinsip maupun indikator dalam melakukan penangkapan ikan sesuai standar MSC yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,”cerita Opan.

Dia mengakui banyak belajar penangkapan ikan yang berkelanjutan yang berarti menangkap dengan menjaga stok ikan yang cukup di laut dan melindungi habitat serta spesies yang terancam, menjaga laut dan masyarakat yang bergantung pada penangkapan ikan agar dapat mempertahankan mata pencaharian mereka maupun dari sisi pendataan “Alhamdulillah untuk hasil tangkapan di saat musim tangkap bisa mencapai 4-5 ekor dan harganya kisaran 8 jutaan setelah di loin yang dijual di perusahaan, apalagi dengan sertifikasi MSC dari sisi harga semakin memadai,”terangnya.

Mewakili anak muda yang berprofesi sebagai nelayan tuna skala kecil, Opan berharap kiranya dukungan terus diberikan dari semua pihak baik pemerintah, pelaku usaha perikanan, akademisi, LSM, media dan masyarakat, sehingga kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan skala kecil untuk perikanan tuna ini semakin berkelanjutan, melalui dukungan kebijakan regulasi dan anggaran, serta sarana prasarana untuk melengkapi kebutuhan operasional nelayan dan tersertifikasi ecolabel MSC.
“Pesan saya bagi generasi muda Maluku dan Indonesia, mari kembali ke laut,tingkatkan SDM dan tumbuhkan semangat bahari karena di laut adalah sumber penghidupan dan masa depan kita.(*)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.