Hendrik Kawilarang: “Nasdem Tidak Konsisten dengan Restorasi”
Jakarta. Mantan Ketua DPW Garda Pemuda NasDem Sulawesi Utara, Hendrik Kawilarang Luntungan, mengatakan bahwa saat ini NasDem sudah dimasuki orang-orang yang tidak memiliki visi dan misi awal NasDem.
Hendrik menyampaikan penjelasan ini setelah bersama dengan para pengurus DPW, DPD, Garda Ormas dan Partai Nasdem Sulut mengundurkan diri kemarin (16/2).
“Kami menyaksikan bahwa perkembangan Partai NasDem tidak lagi konsisten dengan semboyan restorasinya, bahkan telah nyata-nyata berkembang ke partai yang bertolak belakang dengan cita-cita berbangsa, maka dengan ini, Garda Pemuda Sulawesi Utara menyatakan mundur dari partai NasDem,” ujarnya saat menggelar jumpa pers di Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2013).
Menurut dia, alasan paling subtansial adalah perpecahan di internal DPP Garda Pemuda NasDem yang Ketua Umum-nya telah semena-mena memecat Sekjend Garda Pemuda NasDem, dimana dalam Rapimnas tanpa disebutkan alasan yang jelas tanpa disertai bukti-bukti yang sahih. Jika yang dituduhkan kepada Sekjend Garda Pemuda NasDem mengumpulkan 14 DPW Partai NasDem. Padahal, sesungguhnya tidak ada kaitan dengan Garda Pemuda NasDem, karena Sekjend Garda Pemuda NasDem, di dalam struktur kepengurusan partai NasDem adalah Wakil Sekjen.
“Ketika, di dalam forum Rapimnas diusulkan untuk melakukan rekonsiliasi antara Ketua Umum dan Sekjend Garda Pemuda NasDem, namun ditolak opsi tersebut,” tegasnya.
Alasan kedua, yakni pemuda-pemudi Sulawesi Utara tidak mengenal primordialisme dan sangat menjunjung tinggi kehidupan multi kultural dan prularitas. Intinya, mereka tidak ingin mencoreng nama baik dalam sejarah perpolitikan di Sulawesi Utara sebegai pemuda-pemudi yang tidak memiliki ideologi dan tidak ingin dipandang sebagai oportunis yang membodohi rakyat dengan tujuan akhir menjadi Caleg, melainkan untuk memberikan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Sulawesi Utara.
Awalnya, NasDem yang membawa misi restorasi perubahan adalah sebuah organisasi yang menjadi pilihan baru. Akan tetapi dalam perjalanannya yang terlalu cepat dan terlalu besar, NasDem bagaikan truk besar dengan muatan penuh yang berlari cepat. Ia mudah oleng dan gampang masuk jurang.
“Sayap-sayap Partai Nasdem yang berfungsi dan memerankan ujung tombak, ternyata masih merupakan kelompok kerja yang berjalan sendiri-sendiri. Ditambah dengan tidak adanya manajemen fungsi silang yang sistematis dan terstruktur, membuat Partai Nasdem rentan terhadap perpecahan, terutama karena tidak adanya reward system yang terlembaga,” jelas pria yang akrab dipanggil Rully ini.
Sementara itu, Ketua DPD partai NasDem Johnisia Tumengkol mengatakan, jika selama ini perwakilan daerah aspirasinya tidak pernah didengar. Padahal, pihaknya sudah membantu untuk membesarkan partai ini menjadi besar dan sekarang didaerah NasDem sudah menjadi besar.
“Kami hanya seperti penonton saja, tidak pernah dilibatkan dalam keputusan yang diambil diatas,”pungkasnya. (okezone).
foto: indonesiatimur.co