Rakyat Papua Diminta untuk Menghentikan Kebiasaan Makan Pinang
Jayapura – Budaya makan pinang telah melekat erat bagi masyarakat Papua. Masyarakat menganggap bahwa pinang sangat berguna bagi kesehatan gigi serta sebagai tradisi sosial yang perlu dipelihara.
Namun, Wakil Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pendeta Yemima Krey di Jayapura berpendapat bahwa pinang memiliki kerugian bagi kesehatan. Karenanya, ia meminta meminta masyarakat Papua untuk menghentikan kebiasaan tersebut.
“Sebaiknya dihentikan karena tidak ada keuntungan bagi tubuh. Sebaiknya pinang itu jangan dimakan, tapi dijadikan pembuatan etanol,” kata Pendeta Yemima seperti dilansir majalahselangkah.com.
Dia menjelaskan, karang gigi yang menimbun di daerah celah gusi akan menyebabkan peradangan pada gusi dan jaringan pendukung pada gigi.
“Jika dibiarkan tanpa adanya perawatan, gigi akan goyah dan tanggal dengan sendirinya,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, ada beberapa senyawa dari buah pinang dapat memperburuk kondisi tekanan tinggi atau darah rendah, detak jantung yang tidak teratur, dan asma.
“Bahkan penggunaan secara terus menerus juga dapat meningkatkan risiko kanker tertentu,” jelasnya.
Dia menambahkan, terdapay efek racun dari pinang yang lebih besar daripada manfaat yang bisa diberikan.
“Untuk itu saya minta mama-mama, bapak-bapak dan jemaat lainnya untuk tidak lagi makan pinang,” pungkasnya.