‘Gara-gara’ Imigran, Orang Asli Papua Jadi Terpinggirkan
Jayapura – Beberapa daerah menolak diaktifkannya kembali program transmigrasi termasuk warga yang mendiami tanah Papua. Hal itu dikarenakan bisa membawa masalah sosial krusial yang membebani daerah.
“Mereka yang masuk tanpa kontrol ini perlu diproteksi sejak dini. Jika tidak, akan sangat berakibat buruk pada kondisi kehidupan masyarakat setempat,” kata Ketua Klasis GKI Merauke, Pendeta Petrus Womsiwor seperti dilansir MajalahSelangkah, 20/04/15.
Menurutnya, bertambahnya penduduk yang tidak terkontrol atau imigran spontan dari luar Papua selama ini membuat warga asli Papua termarginalkan.
“Ketika mereka ke hutan, hutannya sudah ditebang habis karena banyak investor asing dan Indonesia yang masuk tebang hutan sembarangan. Nah mereka ini mau kemana?” tanyanya.
Dia menegaskan bahwa mereka harus siap untuk bersaing dengan masyarakat luar Papua yang datang ke Papua, tetapi itu tidak bisa terlaksana, karena merubah mindset mereka memang sangat sulit.
Hal yang dikhawatirkan, lanjut dia, mentalitas mereka yang dulunya bergantung pada alam itu, sekarang mereka beralih bukannya memanfaatkan peluang bisnis, tetapi malah fokus bawa proposal ke pemerintah.
“Dia tidak punya kebun, saya yakin jika beras Raskin stop, bisa terjadi kelaparan yang bahaya,” jelasnya.
Dia menilai pemerintah tidak tegas dan serius untuk membendung arus penduduk luar Papua yang masuk ke wilayah tersebut.
“Kalau memang harus menerapkan Undang-undang Otsus ada, harus ada kekhususan bagi orang Papua dan daerahnya,” ucap dia. (as)