Budaya Maluku 

Gubernur Ingatkan Budaya Bermusyawarah Saat Resmi Baileo Laturake

Piru, indonesiatimur.co – Gubernur Maluku Said Assagaff mengingatkan tentang pentingnya budaya musyawarah di rumah adat atau Baileo, untuk mencari jalan keluar bagi masalah yang ditemui dalam masyarakat.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur, saat merrsmikan Baileo Hana Laturake di Negeri (desa) Laturake, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Sabtu (2/9).

Gubernur Assagaff yang saat meresmikan didampingi Bupati SBB, Muhammad Yasin Payapo itu berharap, dengan berdirinya Baileo Hana Laturake, bisa menjadi tempat musyawarah dan tempat bertukar pikiran untuk mencapai mufakat, bagi masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.

“Saya harap kalau ada masalah atau persoalan, jangan mengambil langkah terlalu jauh. Musyawaralah dan bertukar pikiranlah di ‘sabuah basar’ (Baileo). ‘Sabuah’ yang kita banggakan ini,” imbaunya.

Baileo sebagai lambang rumah adat dari Bumi Raja-Raja ini, disebut Assagaff, sejatinya harus dimiliki oleh setiap negeri di Provinsi Maluku.

Gubernur lantas mengimbau masyarakat setempat, maupun negeri tetangga yang hadir pada acara peresmian tersebut, agar membantu aparat TNI dan Polri di daerah ini, dengan tetap menjaga situasi keamaanan.

“Stop ‘bakalai–bakalai’. Baileo sudah dibangun. Kalau nanti ada masalah, mari kita selesaikan dalam Baileo. Bantu Pak Bupati dan aparat TNI serta Polri kita, dengan terus menjaga kestabilan keamanaan di Negeri ini,” ujar Assagaff.

Assagaff juga mengajak masyarakat Negeri Laturake untuk membangun Maluku yang toleransi keberagmaanya tinggi, dan menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan hidup beragama terbaik di Indonesia.

Dia mengajak masyarakat untuk membangun Maluku dengan hidup bertoleransi dan saling menghargai satu sama lain. Termasuk dengan menciptakan kerukunan hidup beragama yang terbaik di Indonesia.

“Stop itu bakalai-bakalai. Mari bergandeng tangan meraih tujuan untuk membangun Maluku lebih baik. Jangan karena kita berbeda-beda lalu kita jadikan itu sebagai alasan untuk saling bermusuhan dan berkelahi. Tapi mari kita jadikan perbedaan itu untuk hidup bergotong-royong,” tuturnya.

Usai memberikan sambutan, Gubernur yang didampingi Bupati SBB, melakukan penggunting pita sebagai tanda peresmian baileo tersebut. Selanjutnya gubernur ikut memakan sirih pinang di dalam baileo, sebagai bagian dari rangkaian acara peresmian rumah adat itu. ( it – 02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.