​Buka Festival Teluk Ambon, Assagaff sebut Ambon Eksotis

Ambon, indonesiatimur.co – Gubernur Maluku Said Assagaff menyebutkan Ambon memang eksotis. Alamnya sangat kaya, indah untuk dilukiskan, dinikmati dan dipromosikan.

“Karena itu, Excotic Marine Paradise sangat tepat menjadi tema kegiatan Festival Teluk Ambon tahun 2017 ini,” ujar Assagaff saat membuka Festival Teluk Ambon 2017, di Taman Jembatan Merah Putih, Jumat (8/9/2017).

Dia mengingatkan, di jaman dulu, para penjelajah dari Eropa pernah memberi label The There Golden From The East. Tiga emas dari Timur yaitu, Ternate,  Banda dan Ambon.

“Termashyurnya Ambon sebagai salah satunya emas dari Timur, tidak bisa dipisah lepaskan dari keindahan alamnya,” ujar Assagaff.

Selain karena keindahan dan menyimpan kekayaan laut yang besar,  Ambon juga disebut Assagaff, juga memiliki posisi yang sangat besar dan strategis terhadap sejarah perkembangan Maluku pada umumnya.

Dia katakan, pertama, pada masa kolonial, Ambon pernah menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah khususnya cengkeh dan pala.  Hingga kini Ambon telah berkembang menjadi pelabuhan utama di maluku.

“Artinya Teluk Ambon dari dulu hingga sekarang, tetap menjadi jantung kehidupan masyarakat Kota Ambon dan Maluku pada umumnya,” tuturnya.

Yang kedua, lanjut Assagaff, Teluk Ambon pada masa dulu hingga sekarang, menjadi jembatan perjumpaan peradaban bangsa -bangsa di dunia. Baik menjadi misi perdagangan atau ekonomi, misi penyebaran agama misi penjajahan atau penaklukan hingga misi pendidikan.

“Sehingga masyarakat Kota Ambon dan Maluku pada umumnya, berkembang menjadi masyarakat yang sangat multikultural dan kosmopolitan,” ujar Assagaff.

Maka tidak mengherankan di Maluku, menurut Assagaff, kita menemukan berbagai macam suku bangsa,  bagaimana tergambar dari marga-marga yang ada di Maluku. Selain itu ada ratusan marga atau fam lokal.

Hal menarik lainnya, lanjut Assagaff, dari perjumpaan peradaban dunia terjadi akulturasi berbagai khasanah seni budaya daerah ini. Misalnya akulturasi budaya lokal dengan Islam atau arab seperi tradisi Abdau di Tulehu, Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morela, Tarian Sawat dan sebagainya.

“Juga akulturasi budaya lokal dengan arab dan melayu seperti  tarian Dana Dana. Lalu akulturasi budaya lokal dengan barat seperti Tari Katerji,  musik Hawaian, dan Tarian Orlapey,” tuturnya.

Karena itu, Assagaff katakan, jika kita mengabaikan Ambon, sama saja kita tidak mensykuri karunia Tuhan yang begitu berharga untuk kita. “Mengabaikan Ambon sama saja kita menistai atau mengabaikan salah satu jantung peradaban negeri ini,” tandasnya.

Sedangkan menyinggung tentang kegiatan Festival Teluk Ambon 2017, dengan tema Exotic Marine Wonderful Paradise, Assagaff menyebutkan, kini kita kembali mempertegas Teluk Ambon sebagai salah satu icon pariwisata kita di Maluku.

“Baik itu wisata alam yang terkenal dengan keindahan pantai dan bawah lautnya, bagus juga untuk pariwisata budaya dan sejarah. Sambil kita menyusuri jejak-jejak peradaban Maluku Indonesia bahkan dunia pada masa-masa lalu, kita perlu terus mempromosikan Teluk Ambon dan potensi baharinya lainnya di daerah Maluku,” tandas Assagaff. ( it-02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.