Budaya Maluku 

Keindahan Alam Maluku Jadi Alasan Lokasi Syuting Film “Kapal Goyang Kapten” 

Ambon, indonesiatimur.co – Raymond Handaya, sutradara film pernah bercita-cita membuat film di Maluku. Impian ini akhirnya diwujudkan melalui film “Kapal Goyang Kapten”.

Menurutnya, selain itu dia ingin memperkenalkan keindahan alam Maluku kepada penonton diseluruh Indonesia.

“Salah satu tujuan, supaya orang makin tahu kalau Maluku itu seperti apa (keindahannya),”ujarnya saat berikan keterangan pers bersama para pemeran usai Gala Premier Kapal Goyang Kapten di ACC, Ambon, Sabtu (31/08/2019).

Bahkan diakuinya, selepas Gala Premier yang sudah dilakukan di Jakarta beberapa hari lalu, sudah ada beberapa orang yang bertanya-tanya tentang cara agar bisa sampai ke Pulau Bair. Salah satu pulau di kawasan Maluku Tenggara yang digunakan sebagai lokasi syuting.

“Sampai hari ini sudah banyak yang nanya bagaimana caranya ke Bair, pasti ada impact kesana. Kalau bicara pariwisata pasti kompleks, tergantung Pemdanya dan masyarakat sekitar dan sebagainya. Tapi yang penting, Secara pribadi lewat film ini aku ingin memperlihatkan, ini loh Maluku itu bagus, kita punya tempat yang bagus,”jelasnya didampingi Ge Pamungkas, Mamat Alkatiri, Yuki Kato dan Muhadkly Acho.

Disamping itu, kata Raymond, karakteristik Maluku sangat sesuai dengan skenario film tersebut serta dirinya sangat berkeinginan membuat film di Maluku sejak menjadi Film Maker.

Ditambahkan Muhadkly Acho, si pemeran Cakka dalam film tersebut, dipilihanya Maluku selain karena karakteristiknya sesuai dengan tuntutan skenario, juga disebabkan keinginan untuk menampilkan suguhan komedi berbalut petualangan dan horor dengan suasana yang berbeda alias bukan berlatar perkotaan.

Apalagi kata dia, film berlatar perkotaan sudah sangat banyak.

“Temanya ini unik, ada komedi, petualangan, horor, yang biasanya berlatar perkotaan, tapi petualangannya itu bukan di Jakarta, kita biasanya nonton film yang perkotaan , makanya kita bergeser ke Indonesia Timur kita angkat Maluku, dan kebetulan banyak pulau- pulau yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan skenario kita,”jelasnya.

Apalagi dengan alur cerita yang menggambarkan pembajakan. “Kalau pembajakan itu berarti harus di pulau yang tidak berpenghuni tapi lautnya bagus. Kalau (syuting) di Bali atau Lombok, susah karena sudah terlalu jadi tempat wisata, kalau dilihat gambarnya, orang nggak mungkin percaya bisa terdampar, makanya Maluku adalah tempat yang punya sesuai dengan ciri-ciri dalam cerita,”tandasnya.

Film ini bercerita soal sekelompok wisatawan yang berlibur ke Ambon. Dalam salah satu agenda, wisatawan yang terdiri dari beberapa rombongan mengunjungi sebuah pulau dengan menyeberangi pantai. Keceriaan terpancar dari para wisatawan.

Sayangnya, kebahagiaan liburan hanya bertahan beberapa saat. Kapal yang mereka gunakan untuk menyeberang dibajak sekelompok perompak amatir.

Pembajak mengarahkan kapal ke sebuah pulau yang tidak berpenghuni. Pembajak yang terdiri dari tiga orang memiliki latar belakang yang berbeda. Ada yang ingin membuktikan ke orang tuanya kalau dia tidak manja, ada yang butuh uang untuk berobat ibunya sampai seorang pengangguran.

Karena habisnya solar, akhirnya mereka semua terjebak di pulau tersebut dan tidak bisa keluar. Para wisatawan tidak mau lagi menjadi sandera.

Untuk bertahan hidup di pulau tidak berpenghuni, sesama wisatawan bahkan para pembajak harus saling bekerja sama. Konflik-konflik tidak dapat dihindari.

Salah satu sebabnya karena kehidupan yang sangat berbeda di pulau dan di kota. Ada orang yang sangat suka berdandan, hobi makan, sampai satu keluarga yang tidak tahu akan berbuat apa.

Namun semua tidak melulu tentang dampak negatif. Terperangkap di pulau juga semakin mendekatkan dua orang remaja.

Film ini dibintangi aktor dan sejumlah komika dan aktor-aktris Indonesia seperti Yuki Kato, Ge Pamungkas, Babe Cabiita, Mamat Alkatiri, Muhadkly Acho, Roy Marten, Asri Welas, Mathias Muchus, Arief Didu, Ananta Rispo, Naomi Papilaya, Romaria Simbolon, Andi Anissa, Ryma Gembala, dan Yusril Fahriza. Dalam penggarapannya, Raymond Handaya dibantu oleh Muhadkly Acho.

Film ini rencananya bakal tayang perdana pada 5 September mendatang. (it-02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.