Maluku 

Menuju Maluku Sebagai LIN, KKP dan DKP Kota Ambon Lakukan Riset Profil Cemaran Mikroba Patogen

Ambon, indonesiatimur.co – Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon, sejak Kamis (03/06/2021), melakukan riset profil cemaran mikroba patogen pada produk perikanan ekonomis penting yang didaratkan di Ambon.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon, Feby Maail, riset ini merupakan kerjasama DKP dengan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
” Proses pengambilan data berlangsung sejak hari ini hingga hari minggu nanti,”ungkapnya.

Dikatakannya, data yang diambil nantinya  untuk uji Lab. Jika memang itu ada di Ambon, maka akan uji di Ambon, tapi untuk beberapa elemen tertentu sampel akan dibawa ke KKP Jakarta.

Oleh karena itu hasil riset ini belum bisa didapat saat ini, karena prosesnya masih berjalan. Nanti sesudah proses pengambilan data dan analisis lab, tim akan menyusun kondisi profil-profil hasil penelitian terkait dengan Kota Ambon, tentang profil cemaran mikroba patologi untuk ikan dan lingkungan di kota Ambon. Untuk itu diperkirakan 2 atau 3 bulan kedepan, baru ada hasilnya. Kemudian nantinya akan ada zoom dengan kota Ambon dan dengan praktisi pelaku usaha perikanan dan nelayan untuk membeberkan hasil penelitian tersebut.

“Saya telah berdiskusi dengan tim, dan meminta agar potret kondisi yang ada saja. tidak usah berikan data yang seakan-akan Ambon bagus-bagus saja atau sudah sangat buruk. Justru potret kondisi yang mereka dapatkan dari hasil penelitian, inilah yang menjadi cikal bakal rekomendasi perbaikan untuk handling penanganan ikan di tempat pendaratan Kota Ambon untuk lebih baik lagi kedepan,”terangnya, Kamis (03/06/2021).

Kadis menjelaskan, terkait dengan identifikasi mikroba patogen di ikan yang didaratkan seperti bakteri E-coli dan bakteri salmonela, yang bisa menurunkan kualitas ikan. ” Mereka juga berupaya untuk melihat faktor kimia pada ikan kita. Contohnya, apakah kita pakai formalin atau tidak, atau zat-zat kimia lain yang dipakai untuk pengawetan,”tandasnya

Alasan mengapa KKP memilih kota Ambon untuk riset tersebut, karena visi besar kedepan yaitu Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional. “Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional itu berarti produk kita harus bisa di akui di pasar, baik pasar domestik maupun pasar eksport. Apalagi pasar eksport, kualitas ikan dengan standar yang diinginkan oleh negara tujuan sangat menentukan harga kita, juga sangat menunjukan produk kita bisa terserap atau tidak di negara tujuan. Karena itu dengan adanya penelitian awal ini, khususnya untuk ikan-ikan yang di daratkan, kita berharap dari awal kita sudah temukan kondisi sebenarnya,”bebernya.

Mengenai lokasi penelitian,Kadis mengatakan, di tempat pendaratan ikan, yaitu di Seri, karena kondisi laut jadi ikan banyak masuk di situ. Selain itu tim juga akan ke PPI Eri, TPI Pasar Arumbai, karena disini juga merupakan tempat pendaratan ikan dari Ambon dan luar Ambon dan PPN Tantui,karena merupakan pelabuhan perikanan. “Selain ikan yang dijadikan sampel, tim peneliti juga akan melihat kondisi lingkungan. Nantinya mereka akan swab itu . Mereka akan oles dengan alat untuk lantai pendaratan. Misalnya di Pasar Arumbai, mereka juga akan swab keranjang untuk tempat taruh ikan, termasuk uji kualitas air setempat. Perlu diketahui, sering kali mutu akan turun itu bukan dari ikannya tapi dari kondisi lingkungannya. Contohnya kalau airnya kotor atau lantai yang tidak bersih, keranjang yang tidak bersih, sehingga bakteri atau mikroba patogen itu sebenarnya muncul,”terangnya.

Ketika ditanya seberapa berbahayanya bakteri patogen bagi tubuh manusia,Maail mengatakan, bakteri patogen itu berbahaya bagi tubuh dan bagi kesehatan. Dampak paling umum yaitu alergi.

 

Kemudian pada tahap-tahap yang lebih berbahaya lagi misalnya diare atau gangguan-gangguan yang terkait dengan fungsi-fungsi tubuh. Memang jenis bakteri dan penyebabnya itu belum diketahui. Namun Kadis berharap agar kondisi ikan di Ambon aman saja.
“Yang dikhawatirkan karena beberapa waktu sebelumnya ada beberapa negara yang menolak ikan tuna dari Ambon. Contohnya Amerika. Alasan penolakan karena adanya, bakteri salmonela. Inilah yang sementara diteliti, sehingga kita berharap dari awal sudah ada pembinaan ke nelayan untuk penanganan ikan,”terangnya.

Dia menegaskan, jika penanganan ikan tidak baik, hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi ikan. Karena seperti saat ini, banyak nelayan dari negara lain yang datang mengambil ikan di perairan Ambon. Itu artinya kualitas ikan di Ambon baik.

“Yang menjadi tantangan kita itu handling atau penanganannya. Jadi misalnya ketika mereka tangkap tuna, ini di perairan Banda, mereka sudah filet, sudah keluarkan kepala atau isi perut ikan khusunya tuna besar yang 1 meteran atau berat 80kg. Kalau handling atau penanganannya salah, maka akan menurunkan kualitas ikan, karena bisa saja tempat es atau kapalnya tidak di cuci secara bersih, sehabis penangkapan dan dibiarkan kering, besok tangkap lagi. Akhirnya kita tidak tahu ada kuman, ada bakteri patogen,”ucapnya.

Maail berharap penelitian ini betul-betul memotret sisi sebenarnya, sehingga dari awal DKP bisa mengetahui kondisi yang sebenarnya dan bisa segera diperbaiki.

“Sebenarnya ini tantangan kita. Kondisi lingkungan itu sangat terkait dengan budaya, pemahaman, edukasi nelayan, dan prasarana yang ada.
Karena itu dengan adanya penelitian ini itulah yang menjadi kesimpulan bagi kita untuk nantinya mau menangani di sisi mana. Apakah kita menangani proses penanganan pasca tangkap atau juga penanganan untuk edukasi nelayan mempersiapkan kondisi pasca tangkap, atau malah kita bisa pembinaan dengan peralatan yang memadai untuk penanganan pasca tangkap. Inilah sebenarnya harapan dari penelitian ini,”paparnya.

Meskipun Ambon dinilai mempunyai kualitas ikan paling baik, dan segar, tetapi untuk membidik pasar internasional, harus memiliki standar tinggi

“Untuk standar tinggi inilah kita harus membina nelayan,”tutupnya. (it-02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.