Budaya Daerah Gorontalo 

Ada Yang Berbeda Dari Tradisi “Tumbilotohe” Tahun Ini

Perayaan “Tumbilotohe” atau malam pasang lampu yang akan dimulai pada tiga malam menjelang Idul Fitri di Kabupaten Gorontalo Utara, akan dialihkan menggunakan lampu listrik.

Kepala bagian Ekonomi dan Sosial pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, Yos Pomalingo, Minggu, menjelaskan, penggunaan lampu listrik tersebut adalah solusi bagi warga yang tidak mampu membeli minyak tanah.

“Tidak ada keharusan menggunakan lampu minyak tanah pada perayaan Tumbilotohe tahun ini, mengingat mahalnya harga minyak tanah yang mencapai Rp11.000 per liter, serta tidak adanya subsidi dari pemerintah daerah maupun operasi pasar untuk bahan bakar tersebut,” Ujar Yos.

Masyarakat diharapkan mampu berkreasi menyemarakkan malam pasang lampu yang sudah menjadi tradisi umat Islam di Gorontalo, dengan menggunakan lampu listrik, ataupun lampu yang menggunakan minyak kelapa “padamala”.

Perayaan Tumbilotohe yang begitu semarak setiap tiga malam menjelang lebaran, berisi kegiatan  warga menyalakan lampu minyak sesuai jumlah penghuni rumahnya, ditambah dengan puluhan lampu yang menambah keindahan halaman rumah, maupun menambah penerangan jalan desa.

Biasanya pemerintah daerah akan membagikan desain pembuatan bambu hias yang dipasangi puluhan lampu botol, untuk memberikan keseragaman pemasangannya di seluruh desa, apalagi perayaan malam Tumbilotohe selalu diperlombakan antar desa.

Namun kali ini, pemerintah daerah tidak mengharuskan desain hiasan bambu dan arkus (janur kuning) menggunakan lampu minyak tanah.

“Masyarakat diberi kebebasan menentukan jenis lampu yang akan digunakan, apakah menggunakan lampu minyak tanah, lampu listrik ataupun lampu padamala, agar tidak memberatkan mereka dalam perayaan malam yang akan dijadikan wisata religi di kabupaten ini,” Kata Yos. (KR-MTO)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.