Ekonomi & Bisnis 

Ekonomi Indonesia Timur Masih Timpang dan Dianaktirikan

[ilustrasi: int]
[ilustrasi: int]
Meski Indonesia sudah merdeka, negeri ini khususnya wilayah timur belum mengalami perubahan yang berarti salah satunya dalam hal ekonomi. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua Koordinator Wilayah Timur Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Annar Salahuddin Sampetoding, belum lama ini.

Menurutnya, infrastruktur menjadi persoalan utama , bahkan tertinggal dari Indonesia bagian tengah dan juga barat. “Sejak 20 tahun yang lalu masalah-masalah itu saja yang kita perjuangkan,” kata Annar di Menara Kadin, Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Kadin Nusa Tenggara Barat (NTB) Herry Prihatin mengeluhkan banyak anggota Kadin yang keluar. Dari 2.000 anggota pada tahun 2009 lalu, sekarang tak lebih dari 50 orang saja yang masih bertahan.

Untuk merangkul kembali pun dia mengaku kesulitan, karena banyak anggota yang mendapat informasi yang salah tentang Kadin. “Kantor kadin di kota Lombok sudah tutup, tidak berfungsi,” ucapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alishjabana di Gedung Danapala. Menurutnya, saat ini, memang ekonomi Indonesia sudah jauh lebih baik tapi menjadi persoalan selama 30 tahun terakhir ekonomi itu belum dapat ditransformasikan ke wilayah Timur Indonesia.

“Memang terjadi peningkatan ekonomi di beberapa kawasan timur Indonesia terutama Sulawesi, namun secara regional kawasan timur itu masih tertinggal dari kawasan barat,” ucapnya, Jakarta, Kamis (6/2/2014).

Penyebaran industrialiassi ke wilayah timur adalah cara untuk pemerataan ekonomi nasional. Hal itu juga bisa membantu untuk memperkuat daya tahan perekonomian sekaligus membuat Indonesia menjadi negara maju.

“Langkah ini sekaligus perlu diarahkan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan agar ada percepatan,” ungkap Armida.

Armida menambahkan, saat ini Indonesia harus bersiap dengan jebakan middle income trap. Meski bukan fenomena baru, tapi Indonesia harus ada persiapan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari jebakan tersebut.

“Pertama yakni peningkatan kualitas SDM, kedua adalah investasi, ketiga adalah perkembangan iptek dan yang kelima adalah pembangunan institusi yang lebih baik,” terang Armida. (as)

 

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.