Suku Huaulu di Maluku Terganggu Karena Banyak Pendaki yang Tak Permisi
Malteng – Karena kampungnya menjadi jalur pendakian ke gunung Binaya, Suku Huaulu yang mendiami Desa Huaulu, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, merasa terganggu. Sebetulnya tidak masalah jika kampungnya dijadikan jalur pendakian, namun yang menjadi masalah adalah ketika ada banyak para pendaki yang lewat seringkali tidak permisi kepada masyarakat sekitar.
“Mereka tidak marah kampungnya dijadikan sebagai jalur pendakian ke gunung Binaya tetapi menurut mereka selama ini para pendaki yang lewat selalu seenaknya, kasarnya tidak permisi,” kata Arkeolog Lucas Wattimena, seperti dilansir HanTer, 30/03/15.
Menurut Lucas, jika terjadi sesuatu di bagian atas gunung, maka mereka yang selalu ditanyai oleh polisi maupun aparat keamanan lainnya.
“Peristiwa tewasnya peneliti LIPI Pitra Widianwari di Gunung Binaya pada 6 Desember 2014 lalu, mereka merasa sangat terganggu karena diinterogasi oleh aparat kepolisian dan tentara,” jelasnya.
Masyarakat adat Huaulu, kata Lucas, sangat terbuka dengan orang dari luar kampungnya tapi mereka juga memiliki aturan tersendiri mengenai penjagaan terhadap kampungnya yang tidak bisa dilanggar.
“Walau tidak mengizinkan mayat melewati kampung mereka tapi mereka tetap membantu proses evakuasi peneliti LIPI yang tewas,” terangnya.
Diketahui, Desa Huaulu adalah pos pertama yang harus dilewati oleh para pendaki sebelum mencapai puncak gunung Binaya yang tingginya mencapai 3.027 meter. Selain Desa Huaulu, ada tiga desa lainnya yang menjadi jalur pendakian yakni Desa Roho, Kanike, dan Selomena. (as)