Budaya Hot Maluku Nasional 

Maluku Pilot Project Ekspedisi Jalur Rempah

Ambon, indonesiatimur.co – Indonesia dikenal dengan rempah sejak awal abad pertama masehi. Kepulauan nusantara khususnya Maluku adalah tempat berburunya pedagang-pedagang dari Asia Timur (China), Asia Selatan (Hindia) dan Asia Barat (Arab, Persia) mencari rempah-rempah bernilai ekonomis tinggi seperti cengkeh, pala, bunga fuli (pala), kayu cendana, lada, gaharu, kapur buras dan rempah lainnya.

Nama Maluku tidak asing bagi masyatakat dunia karena identik sebagai “Kepulauan Rempah” yang pada suatu masa merupakan “pulau surga” yang diberkati Tuhan dan siapa bisa mencapainya akan mendapatkan kemakmuran baginya.

Inilah yang mendorong bangsa Eropa pada abad pertengahan mencari sumber rempah yang selama berabad-abad disembunyikan bangsa-bangsa Arab dan Persia, meski sepanjang abad pertengahan Vinesia (Italia) sebagai bandar penting.

Kota Italia adalah pemasok pala, cengkih, lada, hingga kayu manis sebagai barang dagangan yang langka dan mahal harganya. Rahasia pulau rempah yang disimpan rapat-rapat oleh bangsa Arab dan selalu dimitoskan sebagai daerah yang penuh marabahaya, buas, dan penuh monster terus terpelihara hingga pada akhirnya bangsa Eropa menemukannya.

Berdasarkan kisah sejarah tentang Maluku mendunia sepanjang abad pertengahan, sehingga Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadikan Maluku sebagai pilot project “Ekspedisi Jalur Rempah 2017”.

“Kami merancang ekspedisi jalur rempah di Maluku merupakan pilot project pertama. Dimana Dirjen Kebudayaan mengiginkan generasi muda memahami tentang sejarah bangsa, salah satunya kekayaan bangsa indonesia akan kejayaan jalur rempah,” ujar direktur sejarah direktorat jenderal kebudayaan RI, kementrian pendidikan dan kebudayaan RI, Triana Wulandary dalam pembukaan ekspedisi jalur rempah, yang berlangsung di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Maluku, Senin (9/10/2017). Dibawah sorotan tema “Sejarah jalur rempah simpul budaya maritim dan budaya agraris”.

Turut dihadiri, Staf Ahli Bidang Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Provinsi Maluku Roni Tairas mewakili Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku Saleh Thio dan Kepala BPNB Drs. Rusli Manorek.

Dikatakan, ekspedisi jalur rempah ini melibatkan 101 peserta mahasiswa, yakni 66 peserta merupakan perwakilan dari 33 provinsi dimana masing-masing provinsi terdiri dari 2 orang, dan 35 peserta lainnya merupakan mahasiswa di Maluku.

“Peserta yang terlibat merupakan mahasiswa dari jurusan sejarah arkreologi, pertanian, antropologi perikanan, geografi dan ekonomi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Yang telah diseleksi melalui tes. Terbukti dari 10.00 peserta yang mendaftar, hanya 101 peserta yang dinyatakan lolos,”jelasnya.

Menurutnya kegiatan ini akan berlangsung dari tanggal 9-22 oktober, dimana pada tanggal 10-16 oktober mahasiswa akan melakukan observasi lapangan di 5 wilayah, yaitu Negeri Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat), Negeri Haruku (Kecamatan Haruku, Kabupaten Maluku Tengah), Negeri Tiouw (Kecamatan saparua, Kabupaten Maluku Tengah), Negeri Abubu (Kecamatan Nusa Laut, Kabupaten Maluku Tengah) dan Negeri Lontohir (Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah).

“Seluruh peserta akan tinggal di rumah masyarakat guna melakukan observasi lapangan, yang akan diimplementasi dalam penulisan, report, film secara tertulis maupun visual, untuk nantinya dipublikasikan dalam pameran ekspose). Semua peserta akan didampinggi fasilitator, mentor dari akademisi Universitas Pattimura (Unpatti), Balai Arkeologi, BPNB Maluku dan pakar sejarah,”ujarnya.

Ekspedisi jalur rempah diharapkan dapat menghasilkan suatu hal yang betul-betul bermakna, bahwa ditangan peserta semua pengetahuan sejarah bangsa indonesia bisa terungkap kembali dengan baik, benar dan sesuai tujuan dalam memberikan kontribusi untuk kejayaan jalur rempah Indonesia.
Sementara itu, Gubernur Maluku Said Assagaff dalam sambutannya, yang dibacakan Staf Ahli Bidang Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Provinsi Maluku Roni Tairas, berharap melalui ekspedisi jalur rempah ini tidak hanya cukup dimengerti sebagai sebuah moment wisata dan seremonial belaka, akan tetapi sebagai sebuah momentum penting untuk melakukan flashback dan refleksi akan sumber rempah-rempah nusantara dan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Memberi pembelajaran signifikan kepada peserta generasi muda bangsa, sebagai dasar modal penting yang tak ternilai dalam proses membentuk diri agar menjadi bagian strategis dalam proses pembangunan ke arah yang lebih maju. Serta mampu menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda untuk menanamkan cara pandang berbangsa, ikut aktif mengambil peran strategis dalam proses pembangunan bangsa.

“Ke depan bangsa Indonesia membutuhkan generasi muda yang mampu menerjemahkan dan mengelola sumber daya, baik di darat maupun di laut secara benar dalam peta persaingan global, yang tidak hanya mengandalkan kualitas produktivitas tetapi juga kecepatan produktivitas.

Dijelaskan, di tahun 2014 komunitas rempah Indonesia, seperti cengkeh masih berada di posisi nomor satu dunia, sedangkan pala berada di posisi kedua setelah Guatemala. Dalam konteks ini pemprov Maluku terus berkomitmen, mendorong melalui kebijakan strategis hingga usaha-usaha ekonomi kreatif agar sumber daya rempah-rempah di Maluku tetap lestari dan terus memberi kontirbusi signifikan dan kesejahteraan masyarakat Maluku.

“Semoga dengan gagasan ini, rempah-rempah di Maluku khususnya cengkeh dan pala kembali menjadi perhatian dunia. Sehingga menjadi sumber kesejahteraan masyarakat di negeri ini. Dalam rangka membangun Maluku yang rukun, religius, damai, sejahtera, aman berkualitas dan demokratis dijiwai semangat siwalima berbasis kepulauan secara berkelanjutan,” tandasnya. (it-01)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.