Akhir November, BPBD Ambon Gelar Simulasi Tsunami dan Gempa

Ambon, MALUKU – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon, akhir bulan November 2012 mendatang, akan menggelar simulasi bencana tsunami dan gempa yang dipusatkan di Desa Nania, Kecamatan Baguala.
Penetapan Desa Nania sebagai tempat diselenggarakannya simulasi tsunami dan bencana ini dikarenakan desa tersebut telah menjadi lokasi pilot project untuk beberapa simulasi, atas kerja sama Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dengan Unicef. Salah satunya untuk simulasi flu burung.
Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Bencana pada BPBD Kota Ambon, William Sekewael, kepada wartawan, Senin (5/11) di Balai Kota Ambon menjelaskan, pelaksanaan simulasi ini memang bertolak belakang dengan kondisi ril di daerah ini. Pasalnya, yang terjadi belakangan ini lebih dominan pada banjir dan tanah longsor, sehingga mengakibatkan korban jiwa dan harta benda.
“Memang benar, yang terjadi di sini adalah bencana banjir dan tanah longsor. Tetapi kita sudah terlanjur dalam RKA (Rencana Kerja Anggaran) untuk simulasi tsunami dan gempa, sehingga kita tidak bisa melakukan perubahan dan tetap jalan dengan itu. Untuk banjir dan tanah longsor, akan kita upayakan dapat diakomodir di tahun depan,” jelasnya.
Ditambahkannya, tujuan dilakukan simulasi ini, agar memberikan contoh-contoh penanganan yang bisa dilakukan masyarakat jika terjadi bencana. Hal ini penting, karena merupakan salah satu upaya antisipasi.
“Belum dipastikan kapan pelaksanaannya, karena kita masih harus koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan kebencanaan, diantaranya TNI, SAR dan sebagainya, baru bisa ditentukan waktunya. Namun, kemungkinan besar akhir November tahun ini,” tandasnya.
Simulasi ini, kata Sekewarel, nantinya akan ditindaklanjuti dengan pembentukan desa tanggap bencana yang juga menempatkan Nania sebagai daerah percontohan. Dalam pembentukan ini, telah diberikan sosialisasi kepada seluruh raja, kepala desa dan lurah di lingkup Kecamatan Baguala yang menjadi titik fokus desa tanggap bencana.
Namun, menurutnya, pemilihan Kecamatan Baguala sebagai lokasi pusat pembentukan desa tanggap bencana ini, bukan berarti daerah lain tidak dipedulikan. Sebab untuk tahun-tahun mendatang,akan dirubah dan melibatkan daerah lain yang berpotensi mengalami bencana.
“Selain raja dan kepala desa, kita juga melibatkan semua unsur. Ada pendidik, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, supaya masing-masing unsur ini bisa memahami tugas dan peranan untuk kemudian memberikan penanganan saat terjadi bencana,” papar  Sekewael. [IL]

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.