Perikanan Dan Konservasi Laut Terima Hibah US$ 1 Juta Dari Ekolabel Seafood Berkelanjutan

Ambon, indonesiatimur.co – Pemberdayaan nelayan udang, pengelolaan stok kepiting bakau dan pengembangan kamera bawah laut merupakan sebagian dari 22 proyek dan perikanan yang mendapatkan pendanaan oleh sertifikasi makanan hasil laut berkelanjutan global dan program ekolabel Marine Stewardship Council (MSC), resmi diumumkan hari ini, Rabu (20/04/2022).

Saat ini di tahun ketiganya, Ocean Stewardship Fund (OSF) MSC memanfaatkan 5% royalti tahunannya dari penjualan seafood berkelanjutan berlabel MSC untuk mempercepat perkembangan keberlanjutan perikanan di seluruh dunia. Cakupan dan jangkauan dana tahun ini pun berkembang, dengan adanya dukungan donasi pihak ketiga.

Di tengah kekhawatiran global tentang menurunnya keanekaragaman hayati laut, hibah tahun ini sebagian berfokus pada dorongan perbaikan yang lebih melindungi spesies yang langka, terancam punah, atau dilindungi maupun ekosistem laut yang rentan – dengan proyek di Argentina, Greenland, Australia, Inggris Raya dan Perancis. Total US$936.000 atau setara Rp13 Miliyar lebih dalam bentuk 22 hibah dengan masing-masing menerima $6.500 hingga $68.000 atau Rp90 Juta – Rp970 juta, diberikan kepada perikanan, ilmuwan, NGO dan mahasiswa pascasarjana di 12 negara untuk membantu upaya internasional dalam konservasi laut dan perikanan berkelanjutan. Setidaknya setengah dari hibah ($459.000) mendukung perikanan di negara berkembang yang sedang bertransisi menuju praktik berkelanjutan, termasuk Indonesia, Meksiko dan India.

Memanfaatkan teknologi penandaan satelit di Mediterania, perikanan tuna sirip biru artisanal SATHOAN bersertifikat MSC akan menggunakan dana tersebut untuk memahami lebih baik bagaimana populasi ikan pari dapat dipengaruhi oleh aktivitas penangkapan ikan. Perikanan melepaskan setiap ikan pari yang secara tidak sengaja tertangkap di rawai agar kembali ke laut, namun hal ini membutuhkan lebih banyak data untuk memahami bagaimana populasi tersebut terpengaruh dalam jangka panjang.

Sistem pemantauan kamera yang otomatis, bercahaya dan bawah air sedang dirancang menggunakan dana yang diterima oleh pemerintah Australia Barat. Kamera akan digunakan untuk memetakan tumpang tindih antara perikanan kepiting Pantai Barat bersertifikat MSC dan habitat laut dalam yang terpencil. Sistem unik ini akan dirancang untuk menahan tekanan tinggi hingga penyebaran 1.000 meter sebagai pengumpulan data habitat yang akan digunakan dalam penerapan langkah-langkah pengelolaan yang relevan.

OSF di Indonesia

Dalam rilisnya, dikatakan bahwa pada tahun 2021, lima dari Indonesia berhasil mendapatkan pendanaan OSF, terdiri dari dua perbaikan perikanan dan tiga mahasiswa pascasarjana untuk penelitian. Tak jauh berbeda dengan sebelumnya, tahun ini sebanyak empat perbaikan perikanan dan satu mahasiswa mendapatkan OSF.

Empat proyek perbaikan perikanan yang telah bergerak menuju keberlanjutan dan memenuhi syarat pendanaan OSF akan menggunakan dana sesuai dengan fokus perbaikan masing-masing. Tidak hanya oleh industri tahun ini penerima OSF juga berasal dari NGO, yaitu Rekam Nusantara dalam proyek pengembalian stok ikan kakap dan kerapu di Sumbawa dan Yayasan WWF Indonesia untuk pengelolaan stok kepiting bakau di area konservasi pesisir di Kei, sedangkan dari industri PT Cassanatama Naturindo untuk pemberdayaan nelayan udang di Demak dan PT Sekar Laut Tbk dalam proyek penguatan ketertelusuran dan pendataan udang di Kotabaru. Keempatnya sudah menjalankan perbaikan perikanan dan masuk dalam kategori In-Transmition to MSC atau ITM yang menunjukkan kematangan dalam proyeknya menuju MSC.

Perbaikan perikanan kakap kerapu di Sumbawa dan kepiting bakau di Kei merupakan bagian dari MSC sejak 2019 dalam proyek Fish for Good yang berakhir 2021 silam, sehingga dengan pendanaan OSF upaya menuju keberlanjutan ini kembali mendapat dukungan insentif dari MSC.

Hirmen Syofyanto, Program Direktur MSC di Indonesia menyampaikan, “Perbaikan perikanan merupakan upaya bersama untuk mewujudkan berkelanjutan dan MSC memberikan dukungan baik dari pengembangan kapasitas terhadap standar berkelanjutan, dorongan bagi pemangku kebijakan serta pendanaan termasuk melalui proyek Fish for Good dan OSF. Apreasiasi kami berikan pada seluruh penerima OSF atas inisiatifnya dalam seleksi ini secara mandiri, mari kita terus bekerja bersama demi perikanan Indonesia yang terjaga kelestariannya”.

Selain perikanan, satu mahasiswa pascasarjana dari IPB University mendapatkan pendanaan untuk mendorong penelitiannya mengenai pengembangan inovasi metode analisas DNA untuk memprediksi umur kepiting rajungan di Indonesia. Tidak hanya bermanfaat bagi studinya, penelitian juga diharapkan akan memperkaya analisa ilmiah proyek perbaikan perikanan yang berkaitan.

Rupert Howes, Kepala Eksekutif Marine Stew ardship Council menyampaikan,“Selamat kepada semua penerima Ocean Stewardship Fund tahun ini. Fokus kami pada keanekaragaman hayati laut akan membantu mendorong pemahaman ilmiah tentang bagaimana perbaikan dapat dilakukan dalam praktik penangkapan ikan untuk meminimalkan dampak ekosistem. Tanpa ragu, upaya kolektif kita dapat membantu memastikan lautan tetap produktif dan tangguh dalam menghadapi tekanan serta tuntutan yang terus meningkat, namun masih banyak lagi yang harus dilakukan dan mendesak agar bisa mewujudkan Tujuan Pembangunan Strategis (Strategic Development Goals) PBB pada tahun 2030”.

Sejak diluncurkannya Ocean Stewardship Fund pada 2019, dana tersebut telah mengeluarkan 64 hibah dengan jumlah total USD$2,8 juta. (it-02)

Bagikan artikel ini

Related posts

Komentar anda:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.