Boy Uwuratuw ke Lauran, Kemesraan Kakak Beradik 163 Tahun Lalu Kembali Hangat
Saumlaki, indonesiatimur.co -Sosok Julianus Aboyaman Uwuratuw, Sp.B-KBD., yang akrab disapa Dokter Boy ini, sudah tak asing di telinga masyarakat Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT). Pasalnya, putera asal Bumi Duan Lolat yang terlahir sebagai Anak Adat dari Kecamatan Selaru, tepatnya di Desa Adaut ini, merupakan sosok berprofesi Dokter Spesialis Bedah Digestif yang saking mencintai daerah asalnya, dirinya kemudian berkeinginan kuat untuk maju berkiprah di dunia politik untuk mengabdi dan melayani masyarakat Tanimbar yang dicintainya pada perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 mendatang.
Dalam kesempatannya, Dokter Boy Uwuratuw dengan menggandeng sang kakak, Thos Uwuratuw, yang merupakan salah satu pengusaha sukses di Tanimbar ini pada Senin (13/02/2023), mengunjungi Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan, dengan maksud untuk menjalin tali silaturahmi dalam hubungan ikatan persaudaraan sebagai adik dan kakak antara Desa Adaut dan Desa Lauran.
Menariknya, setelah ditelusuri indonesiatimur.co, status hubungan kedua desa sebagai adik dan kakak ini telah berlangsung selama satu setengah abad lamanya, yakni sudah sejak 163 tahun yang lalu. Hal tersebut dituturkan salah satu Ketua Adat Desa Lauran, Wellem Taborat Wolanalan, usai digelarnya sejumlah prosesi adat yang berlangsung pada samping kiri dan kanan Natar, dimana terdapat dua Perahu yakni Perahu Adat Kamparesi dan Perahu Adat Maseltutul.
Untuk diketahui, Natar merupakan tempat berkumpulnya para Tetua Adat dan masyarakat desa di Tanimbar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di desa. Setelah menyepakati hal-hal pada kedua Perahu Adat dimaksud, prosesi kemudian dilanjutkan dengan ikatan sumpah adat hingga berakhir dengan tuang dan minum Sopi (minuman keras khas Tanimbar yang dibuat dari penyulingan Nira Kelapa) secara bersama. Ritual adat ini dihadiri oleh semua unsur dalam desa, termasuk juga Kepala Desa Lauran sebagai pemangku adat tertinggi.
Dituturkan Ketua Adat ini, hubungan antara Desa Lauran dan Desa Adaut adalah sebagai adik dan kakak. Dimana sejarah mencatat, sejak tahun 1860 silam, Desa Lauran Kote (nama Desa Lauran tempo dulu) pernah diserang dan dibakar oleh beberapa desa tetangga. Pasca insiden penyerangan tersebut, para Moyang dari Desa Lauran Kote (Kamparesi) kemudian melarikan diri dan berlindung di suatu tempat yang bernama Undru Bati Sipnir atau disebut Undru Batin Latcenifnindar (nama dari Desa Adaut saat itu), dan tinggal selama kurang lebih tiga tahun lamanya di tempat tersebut.
Setelah tiga tahun berlalu, para Moyang Desa Lauran Kote (Kamparesi) kemudian kembali ke desanya, namun sebelum kembali, telah terjadi pembicaraan atau kesepakatan adat yang dalam bahasa setempat disebut sebagai Tnyanuk Tinau, sehingga dari pembicaraan adat tersebut, hubungan persaudaraan kedua desa tidak dapat terpisahkan hingga kapanpun.
“Hubungan adik kakak ini terjalin dan sudah tidak bisa diputus lagi sejak tahun 1860. Jadi Lauran dengan Adaut ini adik kakak kandung. Di Adaut sana sudah ada Moyang Snouk dan Moyang Kamparesi dari Lauran. Sudah ada juga di sana yang namanya Leturung Somalay dan ada juga Bwariat di sana maka ketika Lauran dibakar, Moyang-Moyang lari berlindung ke saudaranya di sana,” tutur Ketua Adat Lauran ini.
Dirinya menjelaskan, melalui momentum kunjungan Dokter Boy Uwuratuw sebagai anak asli Desa Adaut ini, adalah suatu kunjungan Bakudapa Orang Basudara, dimana Dokter Boy bertandang ke Lauran untuk mencari bapak, mama, maupun adik kakaknya. Melalui kunjungan tersebut, hubungan kakak beradik yang telah terjalin selama 163 tahun lalu, kembali terjalin mesra dan semakin hangat. Selain mencari kerabatnya, maksud dan tujuan lainnya adalah untuk bersilaturahmi sekaligus memberitahukan bahwa dirinya akan maju mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Tanimbar.
“Dengan demikian, anak ini (Boy Uwuratuw) diterima dengan baik, karena hubungan kekerabatan Adaut – Lauran. Hubungan ini tidak bisa dicerai-berai oleh siapapun. Saya sembahyang dan bersumpah untuk Moyang-Moyang juga dan hal ini sangatlah sakral. Tidak bisa dirubah oleh siapapun sampai kiamat dunia,” ungkap Wellem Taborat Wolanalan.
Sementara itu, Dokter Boy, yang diberikan kesempatan berbicara diatas Natar tempat dimana dirinya berpijak, mengungkapkan kalau dirinya datang untuk mau mengabdi dan melayani bagi Tanimbar tercinta. Dirinya mengenang masa beberapa tahun terakhir yang didekati oleh beberapa pihak dan ditawari sebagai Calon Wakil Bupati Tanimbar. Akan tetapi belajar dari pengalaman, wakil bupati bukanlah pengambil kebijakan apalagi mengeksekusinya. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang nomor satu.
“Ibarat diatas meja operasi, hanya butuh satu kapten. Tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Jika ada yang bertanya, saya maju dengan perahu apa? Saya selalu menjawab bahwa ada perahu dari Adaut, dari Seira, dari Lauran, dan dari desa-desa di Tanimbar. Kalau Basudara semua, Duan Lolat, Urayana, rakyat negeri ini, para Leluhur, dan Tuhan merestui, saya siap mengabdi tuk Tanimbar satu,” tegas Dokter Boy menutup dialog Kumpul Orang Basudara ini.
Usai dilakukannya prosesi adat, dilanjutkan dengan Badendang bersama. Turut hadir dalam momentum Kunjungan Bakudapa Orang Basudara tersebut, selain Kepala Desa Lauran, terdapat pula Kepala Desa Adaut bersama perangkat desanya serta Kepala Desa Lermatang yang hadir dalam acara dimaksud. (it-03)