Layan : HL Jangan Ajari Rakyat Tanimbar Metode Perjuangan PI 10%
Ambon, indonesiatimur.co – Ditengah ramainya pemberitaan tentang PI 10% dimana Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), DPRD KKT, OKP serta masyarakat berjuang untuk mendapatkan hak atas pengelolaan PI 10%, baik sebagai daerah penghasil maupun terdampak, ada beberapa pemberitaan yang dinilai tidak mendukung perjuangan tersebut.
Salah satu pemberitaan yang mendapat tanggapan Ketua KNPI KKT, Ongen Layan SE, yaitu pernyataan anggota DPR RI, dapil Maluku, Hendrik Lewerissa.
Menurut Layan, pernyataan Lewerissa bagi dirinya sebagai bagian dari rakyat Tanimbar yang hari-hari ini sedang memperjuangkan hak atas pengelolaan PI 10% Blok Masela, merasa penting untuk memberi pernyataan dan jawaban atas pernyataan Hendrik Lewerissa, SH., LLM. tersebut.
“Kami sangat mengapresiasi perhatian dari Hendrik Lewerissa, SH., LLM. sebagai Anggota DPR RI terhadap PI 10%. Namun, sangat disayangkan mengapa baru hari ini Hendrik Lewerissa, SH., LLM muncul seperti “penasihat agung” bagi kami orang Tanimbar ?
Statement Hendrik Lewerissa, SH., LLM. yang meminta “agar masalah PI 10% tidak dikelola untuk kepentingan politik dengan memunculkan narasi-narasi heroik untuk dipuji oleh masyarakat Maluku, lebih khusus lagi di KKT. Padahal, pemahaman yang disampaikan justru menyesatkan dan kontra produktif”, telah melukai hati kami orang Tanimbar,”tegasnya.
Melalui rilisnya kepada Indonesia Timur.co pad Rabu (13/05/2021), Layan mempertanyakan siapakah yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa, yang telah mengelola masalah PI 10% untuk kepentingan politik? “Perlu kami beritahukan kepada Hendrik Lewerissa, bahwa seluruh komponen rakyat Tanimbar termasuk 25 anggota DPRD KKT yang berasal dari berbagai latar belakang Partai Politik, bersepakat bahwa kepentingan politik dalam perjuangan PI 10% cuma satu, yaitu hak orang Tanimbar atas pengelolaan PI 10% sebagai imbalan atas operasional OLNG di tanah Tanimbar. Bahwa kemudian ada tokoh-tokoh kami yang hari ini karena kedudukannya mendapat panggung untuk memperjuangkan kepentingan politik rakyat Tanimbar, itu semata-mata karena jabatan, jangan dikerdilkan serta dilabeli dengan embel-embel “kepentingan politik”. Apakah soal remeh-temeh ini harus kami jelaskan ke orang sekelas Hendrik Lewerissa, SH., LLM?”tanyanya.
Dia tidak berharap Hendrik Lewerissa, SH., LLM sedang memainkan politik faith a conflict kepada kami sesama anak Tanimbar, agar saling mencurigai satu dengan yang lainnya.
“Dimanakah dan siapakah yang menampilkan “narasi-narasi heroik untuk dipuji oleh rakyat Maluku, lebih khusus lagi di KKT” yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa, SH., LLM? Bahwa dalam suatu perjuangan, “jurus pertama” adalah bagaimana membangkitkan kesadaran (bewust) rakyat sebagaimana pernah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan,”ujarnya.
Dia mencontohkan. Bung Karno memiliki narasi yang sangat heroik “berikan aku 10 pemuda, maka aku akan mengguncang dunia”. Demikian halnya Prabowo Subijanto saat mencalonkan diri sebagai Presiden, mengemukakan narasi heroiknya: “macan Asia”. “Tapi apakah Bung Karno dan Pak Prabowo bermaksud untuk dipuji oleh rakyat? Bukankah tujuannya adalah membangkitkan kesadaran dan semangat rakyat dalam perjuangan? Sehingga narasi-narasi heroik itu lumrah dan bukan barang tabu dalam teori perjuangan. Tetapi, yang harus dihafal oleh saudara Hendrik Lewerissa, SH., LLM adalah orang Tanimbar tidak butuh pujian, tapi butuh hak atas PI 10% Blok Masela. Jadi jangan membangun opini dengan narasi tentang perjuangan PI 10% yang mendiskreditkan kami bahwa seolah-olah kami berjuang untuk sebuah pujian,”tandasnya.
Layan mengungkapkan, yang manakah “pemahaman yang disampaikan justru menyesatkan dan kontra produktif” yang pernah disampaikan oleh orang Tanimbar yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa. “Kami orang Tanimbar memang tidak sehebat saudara Hendrik Lewerissa, SH., LLM. tapi budaya dan peradaban yang dibangun oleh leluhur-leluhur kami telah mengajarkan kami tentang cara menghargai milik orang lain, tradisi hidup baku sayang Duan deng Lolat, dan tentu sedikit budaya hidup orang totua Lease “sagu salempeng pata dua,”bebernya.
Atas pernyataannya, Layan merasa perlu menyampaikan kepada Lewerissa, sebagai politisi senayan, agar budayakan membaca dan kedepankan “politik kasih” supaya dapat menyelami kedalaman nurani rakyat dan menjadi penyambung lidah rakyat yang bijak, bukan sebaliknya mencari panggung kecil-kecil dengan pernyataan yang arahnya kurang jelas dan hanya terkesan menggurui seperti penasihat agung, tetapi kering isinya. “Jika saudara Hendrik Lewerissa, SH., LLM. masih terbatas dalam literasi soal PI 10% Blok Masela, lebih baik berhenti berkomentar dan jangan lagi mengajari orang Tanimbar tentang bagaimana metode perjuangan PI 10% Blok Masela,”tuturnya. (it-02)